Bacalah judul
berita di koran atau dengarkanlah kalimat-kalimat berikut ini : 2 juta remaja
melakukan aborsi, seorang karyawati diperkosa, memburu banker pembobol bank,
korupsi dan kolusi di badan legislative, misteri pembunuhan munir semakin tidak
jelas, demikian seterusnya.
Kita hidup dalam
sebuah dunia yang gelap, dimana setiap orang meraba-raba, namun tidak menemukan
denyut nurani, tidak merasakan sentuhan kasih dan tidak melihat sorot mata
persahabatan yang tulus. Dunia kita telah berubah menjadi hutan belantara,
dimana Bahasa global kita adalah kekuatan besi dan baja, Bahasa bisnis adalah
persaingan, Bahasa politik kita adalah penipuan, Bahasa social kita adalah
pembunuhan dan Bahasa jiwa kita adalah kesepian dan keterasingan. Kita adalah
masyarakat sipil yang berwatak militer dan masyarakat peradaban yang berbudaya
primitif. Kita adalah manusia-manusia sepi di tengah keramaian dan manusia
merana di tengah kemelimpahan.
Bagaimanakah
cara kita menandai bahwa suatu masyarakat mengalami krisis moral? Dalam konteks
ini, kita dapat menyebut dua gejala: tirani dan keterasingan. Tirani merupakan
gejala dari rusaknya perilaku social, dimana polarisasi social dibagi menjadi
kelompok kuat yang tiran dan kelompok uang lemah yang menjadi objek tirani.
Jika dalam kelompok kuat menyebar nilai-nilai kehinaan yang mematikan semangat
perlawanan mereka.
Sementara itu,
keterasingan menandai rusaknya hubungan social. Keterasingan berarti individu
merasa sebagai orang asing dalam masyarakatnya. Ia hidup ditengah mereka, namun
tidak merasa kebersamaan. Ia bekerja secara fisik bersama mereka, namun tidak
merasakan keakraban hati. Secara perlahan individu dan masyarakat terbelah dan
terpisah, dimana individu tidak lagi melihat masyarakat sebagai tempatnya
melebur dan karenanya tidak merasa hidup untuk masyarakatnya. Ia hidup untuk
dirinya sendiri. Dan ketika ia merasa nurani sosialnya terbunuh, ia menjadi
putus asa dan gamang serta kehilangan arah, awal dimana ia menemukan dorongan
fatalism dalam dirinya. Awal dimana ia menemukan dorongan irrasional menguasai
logika batinnya. Ia kehilangan kepercayaan kepada orang lain dan kehilangan
semua dorongan persahabatan.
Gejala tersebut
diatas dapat diringkas sebagai berikut: Tirani (Rusaknya perilaku social) dan
keterasingan (Rusaknya hubungan social). Umar Bin Khaththab melihat bahwa suatu
masyarakat akan kehilangan keseimbangannya jika ada gejala berikut; ada
orang-orang sholeh yang lemah dan tidak berdaya serta ada orang-orang jahat
yang kuat dan perkasa. Yang pertama berarti kebaikan bertemu dengan kelemahan,
sedangkan yang kedua berarti kejahatan bertemu dengan kekuatan.
Karena itu Umar
Bin Khaththab senantiasa berdo’a:”Ya Allah, kami berlindung kepadamu dari
ketidakberdayaan orang-orang bertaqwa dan keperkasaan orang-orang jahat”. Kita mudah
menjawab dengan panjang lebar, tetapi biarlah kita menyimpulkannya dalam
poin-poin berikut:
-
Terjadinya penyimpangan pemikiran dalam sejarah
pemikiran manusia yang menyebabkan paradox antar nilai. Misalnya, nilai individualisme
dengan nilai social, nilai etika dengan nilai estetika dan seterusnya.
-
Hilangnya model-model kepribadian yang integral;
yang memadukan kesholehan dengan kesuksesan, kebaikan dengan kekuatan, kekayaan
dengan kedermawanan, kekuasaan dengan keadilan, kecerdasan dengan kejujuran dan
seterusnya.
-
Munculnya antagonisme dalam pendidikan moral;
sementara sekolah mengembangkan kemampuan dasar individu untuk menjadi
produktif, sementara itu pula media masa mendidik masyarakat menjadi konsumtif,
sebab hal tersebut sesuai dengan prinsip marketing yang juga dipelajari di
sekolah. Dan, sekolah mendidik orang untuk bersahabat, sementara itu pula pasar
memaksa setiap orang bersaing.
-
Lemahnya peranan lembaga social yang menjadi
basis pendidikan moral seperti sekolah, keluarga dan masjid didepan tekanan
media massa dan pasar.
Demikianlah problematika
dan realita yang terjadi ditengah masyarakat kita, semoga dengan kehadiran dan
kiprah kita memberikan kontribusi positif untuk membangun peradaban yang lebih
baik, berprestasi, unggul, beriman, membangun kebersamaan untuk kemajuan dan
kesejahteraan dan seterusnya. Wallahu’alam…
0 comments:
Post a Comment