Monday, 9 February 2015


Hanya tinggal menghitung hari saja, Valentine’s Day dirayakan oleh banyak kaum muda, terutama para ABG, baik perempuan maupun laki-laki. Mereka berlomba-lomba mempersiapkan tetek bengek yang berkaitan dengan perayaan tersebut. Mulai menyiapkan baju baru, saling mengirimkan kartu ucapan selamat, kado special buat pasangan masing-masing, coklat valentine, dan sebagainya. Selain itu, mereka merayakannya dengan hura-hura, jalan bareng ke tempat makan, seperti kafe atau nonton live music di hotel, dimana laki-laki dan perempuan bercampur baur tanpa batasan.
Sekilas sangat menyenangkan , namun di sisi lain, sangat membuat miris, terutama melihat generasi muda Islam yang sudah terkontaminasi ajaran barat, yang nyata-nyata bertentangan dengan ajaran Islam.

Allah SWT sudah melarang keras umat-Nya mendekati zina, seperti tercantum dalam A Qur’an : “Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan tercela dan jalan yang buruk”. (QS. Al Isra : 32).
”Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam jahanam, dan jahanam itu seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. An Nisaa : 115)

Jika kita telaah kajian sejarah, sebenarnya pada tahun  pada tahun 496 Paus Gelasius I memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama nasrani yang sejak itu resmi bernama Valentine’s Day.

The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul : Chistianity, menulis:
“Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998). Nama Valentinus di duga merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda yaitu Pastur di Roma, Uskup Interamna (modern Terni), dan Martir di provinsi Romawi Afrika.

Pada tahun  1935 M di Jerussalem diadakan Konferensi Missi, dimana pesertanya adalah para pendeta Yahudi dan Kristen. Salah satu pokok pidato yang disampaikan oleh Samuel Maribus Sweimmer adalah “ Saudara-saudara, tugas kalian kami kirim ke negeri-negeri muslim bukanlah untuk memurtadkan kaum muslimin menjadi Kristen ataupun Yahudi. Tapi cukuplah dengan menjauhkan mereka dari Islam. Kita jadikan mereka sebagai generasi muda Islam yang jauh dari Islam, malas bekerja keras, suka berfoya-foya, senang dengan segala kemaksiatan, memburu kenikmatan hidup, dan orientasi hidupnya semata untuk memuaskan hawa nafsunya.”

Sebagai arsitek yang berniat menghancurkan pemuda muslim, Zweimmer sadar bahwa memurtadkan kaum muslimin bukanlah perkara mudah. Jangankan memurtadkan, meminta kaum muslimin untuk tidak meyakini Al Qur’an saja hanya bisa menjadi mimpi bagi Yahudi.

Namun, Zweimmer bukanlah pendeta biasa. Dia sudah dilatih bagaimana menghancurkan kaum muslimin secara sistematis. Dalam penantiannya, dia begitu telaten dan gigih menyiapkan jurus ampuh menaklukan bangsa terbesar di dunia ini.

Hingga kemudian Evangelis asal Amerika Serikat ini berpendapat bahwa jika memurtadkan kaum muslimin adalah langkah sulit, maka menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya bukanlah hal yang mustahil bagi barat.
Boleh KTP-nya muslim, tapi otaknya mengikuti Yahudi. Boleh namanya Ahmad tapi pikirannya mengikuti nafsu sesaat.
Menariknya, alat ampuh yang diciptakan Zweimmer bukanlah roket dan rudal. Bukan pula senjata dan basoka, tapi nafsu jelata dan invasi budaya.

Hal ini sudah jelas bahwa sebenarnya #Valentine’s Day# bertujuan menghancurkan generasi muda Islam. Firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah 120 bahwa, “Orang-orang Yahudi tidak akan pernah ridha dan tidak pula orang-orang Nashara selamanya sampai kiamat akan terus berusaha mempengaruhi kita hingga kita betul-betul masuk dalam milah (prinsip hidup) mereka”.
Apakah yang dimaksud millah? Tidak lain sebagai gaya hidup, tata cara,style, pola pergaulan, dan lain sebagainya.
Sabda Rasulullah, “Kelak kamu akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikut memasukinya.” Para sahabat lantas bertanya, “Apakah yang anda maksud orang-orang Yahudi dan Nasrani, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (HR Bukhary).

Tentu kita tidak bisa berdiam diri. Bangkit dan bergerak adalah sebuah keharusan. Belum ada kata terlambat untuk membina para remaja muslim. Bahwa selain invasi dari luar, kita juga harus melakukan intropeksi sejauh mana dakwah kita menyentuh para pemuda. Tidak ada kata terlambat untuk berubah.

(Sumber : berbagai artikel dari Islampos)


0 comments:

Post a Comment