Hanya tinggal menghitung hari saja,
Valentine’s Day dirayakan oleh banyak kaum muda, terutama para ABG, baik
perempuan maupun laki-laki. Mereka berlomba-lomba mempersiapkan tetek bengek
yang berkaitan dengan perayaan tersebut. Mulai menyiapkan baju baru, saling
mengirimkan kartu ucapan selamat, kado special buat pasangan masing-masing,
coklat valentine, dan sebagainya. Selain itu, mereka merayakannya dengan
hura-hura, jalan bareng ke tempat makan, seperti kafe atau nonton live music di
hotel, dimana laki-laki dan perempuan bercampur baur tanpa batasan.
Sekilas sangat menyenangkan , namun di
sisi lain, sangat membuat miris, terutama melihat generasi muda Islam yang
sudah terkontaminasi ajaran barat, yang nyata-nyata bertentangan dengan ajaran
Islam.
Allah SWT sudah melarang keras
umat-Nya mendekati zina, seperti tercantum dalam A Qur’an : “Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan
tercela dan jalan yang buruk”. (QS. Al Isra : 32).
”Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan
ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia
ke dalam jahanam, dan jahanam itu seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. An
Nisaa : 115)
Jika kita telaah kajian sejarah,
sebenarnya pada tahun pada tahun 496 Paus Gelasius I memasukkan upacara ritual
Romawi kuno ke dalam agama nasrani yang sejak itu resmi bernama Valentine’s
Day.
The Encyclopedia
Britania, vol. 12, sub judul : Chistianity, menulis:
“Agar lebih mendekatkan lagi
kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi
Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk
menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World
Encylopedia 1998). Nama Valentinus di duga merujuk
pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda yaitu Pastur di Roma,
Uskup Interamna (modern Terni), dan Martir di provinsi Romawi Afrika.
Pada tahun 1935 M di Jerussalem diadakan Konferensi
Missi, dimana pesertanya adalah para pendeta Yahudi dan Kristen. Salah satu
pokok pidato yang disampaikan oleh Samuel Maribus Sweimmer adalah “ Saudara-saudara, tugas kalian kami kirim ke
negeri-negeri muslim bukanlah untuk memurtadkan kaum muslimin menjadi Kristen
ataupun Yahudi. Tapi cukuplah dengan menjauhkan mereka dari Islam. Kita jadikan
mereka sebagai generasi muda Islam yang jauh dari Islam, malas bekerja keras,
suka berfoya-foya, senang dengan segala kemaksiatan, memburu kenikmatan hidup,
dan orientasi hidupnya semata untuk memuaskan hawa nafsunya.”
Sebagai arsitek yang berniat
menghancurkan pemuda muslim, Zweimmer sadar bahwa memurtadkan kaum muslimin
bukanlah perkara mudah. Jangankan memurtadkan, meminta kaum muslimin untuk
tidak meyakini Al Qur’an saja hanya bisa menjadi mimpi bagi Yahudi.
Namun, Zweimmer bukanlah pendeta
biasa. Dia sudah dilatih bagaimana menghancurkan kaum muslimin secara
sistematis. Dalam penantiannya, dia begitu telaten dan gigih menyiapkan jurus
ampuh menaklukan bangsa terbesar di dunia ini.
Hingga kemudian Evangelis asal Amerika
Serikat ini berpendapat bahwa jika memurtadkan kaum muslimin adalah langkah
sulit, maka menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya bukanlah hal yang
mustahil bagi barat.
Boleh KTP-nya muslim, tapi
otaknya mengikuti Yahudi. Boleh namanya Ahmad tapi pikirannya mengikuti nafsu
sesaat.
Menariknya, alat ampuh yang
diciptakan Zweimmer bukanlah roket dan rudal. Bukan pula senjata dan basoka,
tapi nafsu jelata dan invasi budaya.
Hal ini sudah jelas bahwa
sebenarnya #Valentine’s Day# bertujuan menghancurkan generasi muda Islam.
Firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah
120 bahwa, “Orang-orang Yahudi tidak akan
pernah ridha dan tidak pula orang-orang Nashara selamanya sampai kiamat akan
terus berusaha mempengaruhi kita hingga kita betul-betul masuk dalam milah
(prinsip hidup) mereka”.
Apakah yang dimaksud millah? Tidak lain sebagai gaya hidup, tata
cara,style, pola pergaulan, dan lain sebagainya.
Sabda Rasulullah, “Kelak kamu akan mengikuti perilaku
orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta,
sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikut
memasukinya.” Para sahabat lantas bertanya, “Apakah yang anda maksud
orang-orang Yahudi dan Nasrani, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Siapa
lagi (kalau bukan mereka)?” (HR Bukhary).
Tentu kita tidak bisa berdiam
diri. Bangkit dan bergerak adalah sebuah keharusan. Belum ada kata terlambat
untuk membina para remaja muslim. Bahwa selain invasi dari luar, kita juga
harus melakukan intropeksi sejauh mana dakwah kita menyentuh para pemuda. Tidak
ada kata terlambat untuk berubah.
(Sumber : berbagai artikel dari Islampos)
0 comments:
Post a Comment