SEDEKAH tidak harus berupa uang. Bisa juga dengan tenaga dan
pikiran. Rasulullah Saw bersabda di hadapan para sahabat, “Setiap Muslim wajib
bersedekah.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana bila ia tidak mempunyai apa-apa
untuk disedekahkan?”
Beliau Saw menjawab,
“Hendaklah ia bekerja sehingga hasilnya dapat ia manfaatkan untuk dirinya dan
dapat ia sedekahkan.” Sahabat kembali bertanya, “Bagaimana kalau ia tidak
sanggup?” “Hendaklah ia membantu orang yang memerlukan bantuan,” jawab Beliau.
(HR Bukhari).
Hadits tersebut
diamalkan oleh seorang tukang becak di Klaten, Jawa Tengah. Ia sedekah tenaga
dan fasilitas becak yang ia miliki, khususnya hari Jumat.
Seperti ditulis Muhsin
Suny M dalam bukunya, Menjadi Kaya dengan Sedekah (Era
Intermedia, 2007), seorang tukang becak di Klaten, Jawa Tengah, Kasan,
menggratiskan semua penumpangnya setiap hari Jum’at.
Suatu hari, seorang
ibu kaya datang dari kota ke desa tempat Kasan tinggal. Tanpa menawar, si ibu
langsung naik ke atas becaknya. Tiba di tujuan, si ibu bertanya, “Berapa
ongkosnya ?”
Kasan menjawab, “Maaf,
Bu. Bukannya saya menolak uang ibu, tapi saya sudah bertekad untuk bersedekah
dengan cara menggratiskan biaya tarikan becak setiap hari Jum’at. Kebetulan
hari ini Jum’at, jadi Ibu tidak perlu membayar ongkos becak saya.”
Tanpa menunggu tanya,
Kasan berbalik mengayuh becaknya. Ia pergi. Sedang si ibu tinggal sendiri.
Diam, seakan tak percaya. Namun kejadian yang baru sekejap berlalu itu seperti
petir di siang hari yang menyambar kesadarannya. Maklum, selama ini si ibu
memang tidak pernah bersedekah.
Merasa belum yakin,
Jum’at berikutnya si Ibu kembali datang ke desa Kasan. Kali ini ia hanya ingin
membuktikan kebenarannya “sedekah” si tukang becak tadi. Iapun sengaja menunjuk
tempat yang lebih jauh. Dan ketika sampai, betul saja. Kasan mengungkapkan hal
yang sama.
Si ibu yang makin
penasaran, justru minta diantarkan ke rumah Kasan. Ia ingin sekali mengenal
lebih dekat keluarganya. Dengan senang hati, Kasanpun mengayuh becaknya
mengantarkan si ibu. Rumah Kasan sangat sederhana. Istrinya seorang yang
berjilbab rapih, pertanda kalau ia seorang Muslimah yang shalihah. Dua orang
anaknya masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Dalam keharuan dan
kekagumannya terhadap keluarga Kasan, si ibu berkata, “Saya malu dengan Mas
Kasan. Selama ini saya tidak pernah bertemu dengan orang yang luar biasa
seperti Mas. Mas hidup sederhana bahkan kekurangan, sedangkan saya hidup
berkecukupan, bahkan berlebih, tetapi saya tidak pernah mengeluarkan sedekah.
Maka dengan ini,
izinkan saya untuk bersedekah atas hidayah Allah ini. Izinkan saya untuk
mengajak Mas Kasan sekeluarga untuk naik haji tahun ini dengan keluarga saya.”
Masya Allah… Allahu
Akbar! Demikianlah kisah nyata tentang fadilah (keutamaan), faidah (manfaat),
dan keajaiban sedekah, khususnya sedekah di hari Jumat. Wallahu a’lam
bish-shawabi. (ed/ddhongkong.org).*
#SPUBerbagi-JumatBerkah
0 comments:
Post a Comment