Tradisi berjamaah dalam pelaksanaan shalat tarawih selama bulan
Ramadhan, menurut salah satu riwayat tidak bisa dilepaskan dari peranan sahabat
Umar bin Khattab. Umar melihat sisi penting lainnya dari pelaksanaan tarawih
berjamaah ini yang bukan sekedar amalan untuk mengisi malam-malam Ramadhan,
tapi juga merupakan sarana sosial untuk memelihara kebersamaan.
Sebelumnya pada zaman Nabi Muhammad, ibadah sunah Ramadhan ini memamng
dilaksanakan secara individual, bahkan ada yang melakukannya di rumah
masing-masing. Karena itu, tidak heran jika ibadah sunah ini sering
diidentifikasi sebagai qiyamul-lail (shalat malam).
Seperti banyak diungkap dalam sejarah, Umar bin Khattab adalah salah
satu di antara sahabat yang memiliki keberanian intelektual tersendiri. Kita
ingat, misalnya komentar Umar tentang tradisi mencium Hajar Aswad di sudut
Kabah. “Andai saja Nabi Muhammad tidak melakukan ini, niscaya aku tidak sudi
melakukannya,” kata Umar seperti digambarkan dalam salah satu tradisi sahabat
(sunnah shahaby).
Umar tentu telah berpikir panjang sebelum mengungkapkan buah pikiran
itu. Umar mungkin melihat sisi-sisi yang tidak rasional dari perilaku ibadah
yang satu ini. Namun Umar tetap melakukan mencium Hajar Aswad karena
ketulusannya mengikuti apapun yang dicontohkan Nabi.
Selama hidupnya, Umar dikenal banyak berijtihad. Ketika menjadi
khalifah, Umar pernah membebaskan seorang pencuri karena alasan yang sangat
masuk akal. Pencuri itu diketahui seorang miskin yang terdesak untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Padahal, sebagi sosok pimpinan yang selalu
berusaha konsisten dengan hukum, Umar dikenal tegas memberi sanksi kepada
siapapun yang melanggar ajaran. Tapi Umar tetap memberikan pertimbangan yang
sangat manusiawi.
Banyak pemikiran segar Umar kemudian menjadi pegangan dalam pelaksanaan
ibadah. Selain cerdas dan pemberani, Umar juga dikenal sangat kritis terhadap
sabda-sabda Nabi. Termasuk tentang pelaksanaan shalat tarawih di musim
Ramadhan. Terlepas dari soal perbedaan cara pandang tentang jumlah rakaatnya,
hingga saat ini masyarakat muslim di dunia melaksanakan ibadah sunah tarawih
secara berjamaah. Selama bulan Ramadhan, masjid-masjid di Indonesia dipenuhi
jemaah ketika waktu isya tiba. Hikmah yang luar biasa, karena tidak seperti waktu-waktu
shalat di luar bulan Ramadhan. Bahkan kondisinya seringkali melebihi kepadatan
shalat jumat.
(Sumber : Miftah Faridl – Pikiran Rakyat)
#SPUBerbagi
0 comments:
Post a Comment