Thursday, 18 June 2015




Tradisi berjamaah dalam pelaksanaan shalat tarawih selama bulan Ramadhan, menurut salah satu riwayat tidak bisa dilepaskan dari peranan sahabat Umar bin Khattab. Umar melihat sisi penting lainnya dari pelaksanaan tarawih berjamaah ini yang bukan sekedar amalan untuk mengisi malam-malam Ramadhan, tapi juga merupakan sarana sosial untuk memelihara kebersamaan.

Sebelumnya pada zaman Nabi Muhammad, ibadah sunah Ramadhan ini memamng dilaksanakan secara individual, bahkan ada yang melakukannya di rumah masing-masing. Karena itu, tidak heran jika ibadah sunah ini sering diidentifikasi sebagai qiyamul-lail (shalat malam).

Seperti banyak diungkap dalam sejarah, Umar bin Khattab adalah salah satu di antara sahabat yang memiliki keberanian intelektual tersendiri. Kita ingat, misalnya komentar Umar tentang tradisi mencium Hajar Aswad di sudut Kabah. “Andai saja Nabi Muhammad tidak melakukan ini, niscaya aku tidak sudi melakukannya,” kata Umar seperti digambarkan dalam salah satu tradisi sahabat (sunnah shahaby).

Umar tentu telah berpikir panjang sebelum mengungkapkan buah pikiran itu. Umar mungkin melihat sisi-sisi yang tidak rasional dari perilaku ibadah yang satu ini. Namun Umar tetap melakukan mencium Hajar Aswad karena ketulusannya mengikuti apapun yang dicontohkan Nabi.

Selama hidupnya, Umar dikenal banyak berijtihad. Ketika menjadi khalifah, Umar pernah membebaskan seorang pencuri karena alasan yang sangat masuk akal. Pencuri itu diketahui seorang miskin yang terdesak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Padahal, sebagi sosok pimpinan yang selalu berusaha konsisten dengan hukum, Umar dikenal tegas memberi sanksi kepada siapapun yang melanggar ajaran. Tapi Umar tetap memberikan pertimbangan yang sangat manusiawi.

Banyak pemikiran segar Umar kemudian menjadi pegangan dalam pelaksanaan ibadah. Selain cerdas dan pemberani, Umar juga dikenal sangat kritis terhadap sabda-sabda Nabi. Termasuk tentang pelaksanaan shalat tarawih di musim Ramadhan. Terlepas dari soal perbedaan cara pandang tentang jumlah rakaatnya, hingga saat ini masyarakat muslim di dunia melaksanakan ibadah sunah tarawih secara berjamaah. Selama bulan Ramadhan, masjid-masjid di Indonesia dipenuhi jemaah ketika waktu isya tiba. Hikmah yang luar biasa, karena tidak seperti waktu-waktu shalat di luar bulan Ramadhan. Bahkan kondisinya seringkali melebihi kepadatan shalat jumat.

(Sumber : Miftah Faridl – Pikiran Rakyat)
#SPUBerbagi

0 comments:

Post a Comment