Ketika masih kecil dan dilatih berpuasa, maka kata yang sering keluar
dari orangtua adalah sabar saat perut sudah tak kuat menahan lapar lagi. Tak
lama lagi juga berbuka, sabar ya.
Sabar secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab ash-shabar berarti
menahan dan mengekang (al-habs wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak
disukai karena mengharap ridlo Allah. Hal-hal yang tidak disukai bisa seperti
musibah , kematian, sakit, kelaparan, dsb. Namun juga bisa berupa hal-hal yang
disenangi karena tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Berpijak dari pengetian sabar itu, menurut Imam al Ghazali, upaya
manusia untuk bersabar dapat digolongkan dalam tiga tingkatan. Pertama, orang
yang sanggup mengalahkan hawa nafsunya, karena mempunyai daya juang dan
kesabaran yang tinggi. Kedua, orang yang kalah oleh hawa nafsunya. Ketiga,
orang yang mempuyai daya tahan terhadap dorongan nafsu, tetapi suatu ketika ia
kalah, karena besarnya dorongan hawa nafsu. Meskipun demikian, ia bangun lagi
dan terus tetap bertahan dengan sabar atas dorongan nafsu tersebut.
Merujuk kepada hadits yang diriwayatkan Ibnu Abi Ad-Dunia, Nabi
Muhammad saw membagi sabar menjadi tiga hal yaitu sabar dalam menghadapi
musibah, sabar saat mematuhi perintah Allah dan sabar untuk tidak melakukan
maksiat. Sabar dalam taat kepada Allah seperti saat ini ketika kaum muslimin
melakukan puasa ramadhan termasuk ibadah-ibadah di dalamnya, seperti dzikir,
tadarus al Quran, itikaf, dll. Ketika belum ada tanda adzan maghrib, maka kaum
muslimin harus sabar untuk menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa.
Dengan sabar dalan menjalankan perintah Allah menunjukkan seseorang
memiliki sifat mulia dan istimewa sehingga tentu dengan sendirinya orang-orang
yang sabar juga menempati posisi yang istimewa. Sifat sabar memang sangat
dibutuhkan sekali untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Seorang siswa
atau mahasiswa tidak akan berhasil mencapai cita-citanya tanpa sifat sabar
dalam belajar. Sifat sabar yang bukan hanya menerima kondisi apa adanya, namun
juga proaktif untuk mengubah kondisi menjadi lebih baik.
(Sumber : Dadang M Naser – Pikiran Rakyat)
#SPUBerbagi
0 comments:
Post a Comment