Monday, 22 June 2015




Ketika masih kecil dan dilatih berpuasa, maka kata yang sering keluar dari orangtua adalah sabar saat perut sudah tak kuat menahan lapar lagi. Tak lama lagi juga berbuka, sabar ya.

Sabar secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab ash-shabar berarti menahan dan mengekang (al-habs wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti  menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridlo Allah. Hal-hal yang tidak disukai bisa seperti musibah , kematian, sakit, kelaparan, dsb. Namun juga bisa berupa hal-hal yang disenangi karena tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Berpijak dari pengetian sabar itu, menurut Imam al Ghazali, upaya manusia untuk bersabar dapat digolongkan dalam tiga tingkatan. Pertama, orang yang sanggup mengalahkan hawa nafsunya, karena mempunyai daya juang dan kesabaran yang tinggi. Kedua, orang yang kalah oleh hawa nafsunya. Ketiga, orang yang mempuyai daya tahan terhadap dorongan nafsu, tetapi suatu ketika ia kalah, karena besarnya dorongan hawa nafsu. Meskipun demikian, ia bangun lagi dan terus tetap bertahan dengan sabar atas dorongan nafsu tersebut.

Merujuk kepada hadits yang diriwayatkan Ibnu Abi Ad-Dunia, Nabi Muhammad saw membagi sabar menjadi tiga hal yaitu sabar dalam menghadapi musibah, sabar saat mematuhi perintah Allah dan sabar untuk tidak melakukan maksiat. Sabar dalam taat kepada Allah seperti saat ini ketika kaum muslimin melakukan puasa ramadhan termasuk ibadah-ibadah di dalamnya, seperti dzikir, tadarus al Quran, itikaf, dll. Ketika belum ada tanda adzan maghrib, maka kaum muslimin harus sabar untuk menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa.

Dengan sabar dalan menjalankan perintah Allah menunjukkan seseorang memiliki sifat mulia dan istimewa sehingga tentu dengan sendirinya orang-orang yang sabar juga menempati posisi yang istimewa. Sifat sabar memang sangat dibutuhkan sekali untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Seorang siswa atau mahasiswa tidak akan berhasil mencapai cita-citanya tanpa sifat sabar dalam belajar. Sifat sabar yang bukan hanya menerima kondisi apa adanya, namun juga proaktif untuk mengubah kondisi menjadi lebih baik.

(Sumber : Dadang M Naser – Pikiran Rakyat)
#SPUBerbagi

0 comments:

Post a Comment