Thursday, 25 June 2015



Ilustrasi. (Google Plus)
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum wr. wb.
Ustadz, saya ingin bertanya. Saya remaja laki-laki berumur 17 tahun, namun saya memiliki pribadi yang pemalu, kurang percaya diri, dan suka gugup saat berbicara. Sifat tersebut muncul karena saya merasa muka saya lebih seperti anak kecil dari pada anak lain, selain itu juga saya belum dapat mandiri seperti teman-teman lain, dan saya juga sering ditinggalkan oleh teman yang baru saya kenal, karena mereka menganggap saya kurang menarik untuk dijadikan teman. Dari kecilpun saya jarang keluar untuk melakukan sosialisasi baik dengan tetangga maupun saudara karena terkendala bahasa, kebetulan ketika saat saya kecil, saya berada di luar negeri, sehingga saat kembali ke Indonesia saya malu untuk keluar karena belum menguasai bahasa Indonesia maupun Jawa.
Ustadz, Saya ingin segera memperbaiki sifat saya ini, karena setahu saya di dalam Islam dilarang untuk memutus silaturahim. Jadi, ustadz apakah ada doa khusus yang diajarkan Rasulullah untuk menguatkan hati, pikiran, dan jiwa? Serta bagaimana caranya agar saya dapat mengubah diri saya ini?
Terima kasih
ARF
Jawaban:
dakwatuna.com – Wa’alaikumsalam wr. wb.
Saudara Aditya yang dirahmati Allah SWT. Terima kasih sebelumnya sudah mengajukan pertanyaan kepada kami, membuka diri untuk mendapatkan masukan dan saran adalah langkah awal sebuah perubahan. Saya dapat memahami hambatan yang saudara Aditya alami selama ini. Rasa tidak percaya diri muncul dari banyak faktor, seperti pola asuh orang tua, serta pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu yang terus teringat sampai sekarang.
Saya tidak mendapatkan informasi yang lengkap tentang pola asuh orang tua yang saudara dapatkan. Namun sebelumnya saudara Aditya bercerita bahwa pernah mengalami kesulitan beradaptasi saat awal ke Indonesia. Fase ini adalah situasi penting terhadap pembentukan konsep diri anda. Apakah dulu saat anda kesulitan berbahasa pernah mendapatkan ejekan dari teman di sekolah, hingga mengarah pada perilaku bullying. Kata-kata negatif yang diucapkan banyak orang pada anda secara berulang-ulang akan menjadikan anda memiliki konsep diri seperi kata negatif yang orang lain sampaikan. Hal inilah yang akhirnya membentuk rasa tidak percaya diri ketika berinteraksi dengan orang lain. Perilaku yang muncul adalah menjadi kaku dan gugup saat bertemu orang baru. Sering muncul pikiran-pikiran bahwa orang akan selalu melihat sisi negatif dari diri anda. Jika hal seperti ini yang anda alami, maka inilah yang dikatakan penyakit pikiran negatif.
Adapun cara mengatasinya adalah mencoba mengendalikan pikiran negatif tersebut dengan pikiran lebih positif. Cobalah berdiri di depan cermin dan perhatikan seluruh tubuh anda, ada nikmat apa saja yang sudah Allah karuniakan kepada anda dari keadaan fisik tersebut. Pikirkan kembali bahwa ada banyak orang yang memiliki keterbatasan fisik namun dapat berprestasi dengan baik. Bahkan mungkin anda tahu banyak artis yang tidak selalu terlihat tampan namun memiliki rasa percaya diri tinggi dan tetap mampu menghibur orang lain bahkan beberapa dikagumi oleh penggemarnya. Hal ini menunjukkan bahwa menarik secara fisik bukan satu-satunya faktor untuk dapat diterima oleh orang lain.
Sekarang cobalah nilai diri anda, hal-hal apa saja yang mampu anda lakukan dengan baik? Keunggulan apa yang anda miliki dalam berbagai bidang? Temukan terus hal positif dari diri anda. Berpikir positif tentang diri akan membuat anda lebih percaya diri. Sehingga meminimalisasi rasa gugup tersebut. Perluaslah wawasan anda terhadap banyak hal, sehingga akan banyak bahan obrolan yang bisa anda bicarakan dengan orang lain saat berinteraksi. Dalam doa-doa usai shalat teruslah memohon pada Allah untuk diberikan kekuatan agar menjadi pribadi yang positif. Perbanyak ibadah akan memberikan ketenangan jiwa sehingga anda mampu menghadapi berbagai situasi dalam keseharian. Wallahu’alam.





Duta Besar Indonesia untuk Norwegia, Yuwono Putranto, bercerita tentang pengalaman Ramadan di negara dengan periode ekstrem saat hari nyaris tak pernah gelap.

Waktu imsak pada tanggal 23 dan 24 Juni 2015 di ibu kota Norwegia, Oslo, adalah pukul 02.18 dan waktu buka puasa pukul 22.47. [Sekitar 21 jam waktu berpuasa]

Dengan periode ekstrem seperti ini, masyarakat Indonesia berbuka pada waktu yang berlainan, diserahkan kepada keputusan masing-masing, kata Yuwono.

"Ada yang berbuka pukul 19.00, 20.00, ada yang mengikuti waktu buka setempat pukul 22.47, ada yang mengikuti waktu Mekah atau negara Islam terdekat, biasanya Turki," kata Yuwono kepada BBC Indonesia.

Di sejumlah tempat di Norwegia, terutama di bagian utara, termasuk kota Tromso, pada periode musim panas bulan Juni dan Juli adalah waktu terjadinya Midnight Sun (Matahari Tengah Malam). Saat momen itu terjadi, matahari nyaris tidak tenggelam.

"Saya sendiri ikut yang waktu lokal jadi cukup panjang...selama minggu ini, matahari sinarnya tetap ada terus dan terang," cerita Yuwono tentang puncak musim panas di Oslo pada tanggal Selasa (23/06).

"Setelah membatalkan puasa biasanya saya makan malam menjelang tengah malam...jadi praktis makan sekali saja, buka sekaligus saur dan menjelang imsak tinggal minum."

Kondisi cuaca sekitar 17 derajat celsius membantu dalam berpuasa dengan waktu yang panjang ini, tambahnya.

"Suasana yang enak dengan cuaca sekitar 17 derajat celsius, jadi tak ada masalah, seperti biasa saja (puasa dalam waktu panjang ini)."

Tak bisa tentukan waktu Subuh dan Isya



Abdillah Suyuthi, warga Indonesia yang menjadi anggota kantor imam Muslim Society in Trondheim (MST), melakukan penelitian tentang durasi puasa pada periode ekstrem ini.

Pada Desember 2010, Suyuthi mengeluarkan laporan Investigation of Prayer and Fasting Time for Trondheim (Penelitian waktu salat dan puasa untuk Trondheim).

"Salah satu bagian dalam studi tersebut adalah membandingkan berbagai alternatif metode perhitungan waktu-waktu salat pada saat periode ekstrem. Kesimpulan studi itu adalah menyarankan untuk menerapkan waktu Mekah pada saat periode ekstrem," kata Suyuthi kepada BBC Indonesia.

Untuk Norwegia sendiri, menurut Suyuthi, sejak tahun 2014 telah ada kesepakatan nasional untuk menerapkan satu metode guna menentukan waktu salat dan puasa pada periode ekstrem ini.

Suyuthi mendasarkan penelitiannya pada letak daerah di lintang utara.

"Daerah yang terletak di 45 derajat LU hingga 66 derajat LU mengalami minimal satu hari dalam satu tahun, fenomena di mana cahaya merah tidak pernah hilang saat malam di horizon barat yang kemudian menyatu dengan fajar di horizon timur. Apa artinya? Artinya waktu Isya dan Subuh tidak bisa ditentukan."

"Sedangkan daerah yang terletak di 66 derajat LU hingga 90 derajat LU mengalami minimal satu hari dalam satu tahun, fenomena yang sama seperti di atas, mengalami minimal 1 hari dalam 1 tahun matahari tidak pernah tenggelam, dan juga minimal 1 hari dalam 1 tahun matahari tidak pernah terbit," tambah Suyuthi.

Periode saat matahari tak terbit dan tenggelam ini disebut sebagai periode ekstrem.

Seorang warga Indonesia yang tinggal di Norwegia Utara, Tromso, Safitri Johnsen, mengatakan biasanya dia mempersingkat waktu puasa.

"Saur dengan imsak jam 4 pagi dan buka jam 19:00, tidak kuat lebih dari itu," kata Safitri yang telah tinggal di Tromso selama lima tahun.

Di kota Norwegia utara ini, pada saat musim dingin matahari juga tidak terbit.

"Pertama tiba dulu, saat musim panas sulit tidur tapi sekarang sudah biasa karena ada gorden yang sangat pekat," kata Safitri.


ilustrasi (inet)
dakwatuna.com – Ingin puasa lancar, tamat hingga lebaran berikut mengeruk lebih banyak bonus pahala, rupanya bukan perkara gampang. Dari “tanjakkan” awal beragam gangguan berjajar menghadang. Salah satu gangguan itu berkaitan dengan urusan kesehatan. Pelaku puasa sering kali dibuat kerepotan dengan bermacam situasi yang menimpanya, utamanya di awal Ramadhan.
Sebetulnya ada banyak cara yang bisa diupayakan untuk membuat situasi tetap aman terkendali. Mengenali penyebab serta tahu solusi yang tepat, merupakan langkah awal yang perlu dimiliki setiap pelaku puasa untuk bisa berkelit dari gangguan itu.
Berikut adalah beberapa gangguan yang biasa terjadi kala puasa serta cara penanggulangannya :
  1. Bau Mulut
Penyebab bau mulut bisa bermacam-macam : Penyakit pada sistem tubuh yang merupakan tanda-tanda adanya masalah kesehatan, seperti diabetes mellitus, kelainan pada saluran pencernaan atau pernapasan dan penyakit-penyakit pada kerongkongan. Makanan minuman tertentu, semisal kopi, makanan berbumbu bawang putih atau merah, jengkol, petai, dan rokok; Tidak bersihnya mulut atau kehadiran gigi berlubang – bakteri di mulut seperti Streptococcus mutans, Streptococcus viridans, dan Staphylococcus aureus akan membusukkan sisa-sisa makanan yang menempel di sela-sela gigi, menghasilkan asam yang menurunkan pH cairan di sekitar gigi. Selain dapat merontokkan email, proses pembusukan juga menimbulkan halitosis (bau mulut); serta minimnya asupan makanan-minuman yang menyebabkan sisa metabolisme menjadi pekat.
Mencukupkan asupan makanan-minuman dan menghindari makanan-minuman pencetus bau mulut, utamanya saat sahur, mampu mencegah situasi tersebut. Di samping itu, berkumur 2 – 3 kali sehari dengan air rebusan sekitar lima lembar daun sirih yang telah didinginkan, bila perlu dapat ditambah setengah sendok teh garam, dapat juga dicoba. Minyak atsiri daun sirih yang mengandung kavikol, karibetol, karvakrol, dan eugenol, terbukti ampuh mengusir bakteri-bakteri tersebut. Meski demikian, kebiasaan menggosok gigi tetap tak boleh ditinggalkan.
  1. Susah BAB
Susah buang air besar (BAB) dapat menyebabkan wasir (haemorhoids) dan masalah pencernaan dengan rasa kembung. Biasanya, selain karena tidak cukup serat dalam makanan yang dikonsumsi, terlalu sedikitnya cairan yang masuk tubuh bisa pula jadi biang keladinya. Guna mengatasinya, di samping perlu meningkatkan konsumsi makanan berserat, mencukupkan asupan cairan penting juga diperhatikan.
  1. Gangguan Pencernaan dan Gas
Di samping dapat disebabkan mengkonsumsi makanan penghasil gas, seperti telur, kol, dan sebagainya, terjadinya gangguan pencernaan dan gas bisa juga karena kebiasaan “balas dendam”, terlalu berlebihan makan, terlalu banyak mengkonsumsi makanan gorengan, berlemak, dan pedas, atau meminum minuman berkarbonat, seperti coca cola dan lain-lain.
Untuk mengatasinya, selain perlu mengatur pola konsumsi, tidak makan berlebihan dan menghindari makanan gorengan, berlemak, dan pedas, dianjurkan pula untuk menjauhi minuman berkarbonat. Pilihlah minuman jus buah atau air putih saja.
  1. Lesu
Keringat berlebihan, lemah, letih, kurang bertenaga, pening, terutama ketika bangkit dari posisi duduk, pucat, dan rasa pusing, merupakan gejala-gejala yang berkaitan dengan tekanan darah rendah. Hal ini cenderung terjadi menjelang sore hari, di mana kondisi tubuh sudah betul-betul anjlok.
Tetap tenang dan melakukan aktivitas ringan akan membantu mengatasi situasi ini. Kegiatan tersebut akan memancing tubuh memobilisasi cadangan energi, membuat stamina segar kembali. Akan tetapi, terutama pada penderita hipertensi, gejala demikian patut diwaspadai. Berkonsultasi dengan tenaga medis terdekat, guna mendapatkan saran cara pengonsumsian obat, merupakan salah satu upaya yang perlu dilakukan agar puasanya lancar.
  1. Sakit Kepala
Pengaruh kafein dan nikotin, bekerja jor-joran, kurang tidur dan makan, bisa membuat sakit kepala. Mengurangi, atau lebih baik lagi menghentikan konsumsi makanan dan minuman yang mengandung kafein atau nikotin secara perlahan, dimulai seminggu atau dua minggu sebelum Ramadhan, merupakan cara yang tepat untuk mencegah gangguan tersebut muncul. Upaya lain yaitu melakukan penjadwalan ulang aktivitas harian, serta pengaturan waktu tidur supaya sesuai dengan kebutuhan.
  1. Gula Darah Rendah
Kondisi lemah, pening, letih, kurang konsentrasi, mudah berkeringat, gemetar, sakit kepala, atau jantung berdebar, bisa pula merupakan gejala kadar gula darah rendah. Bagi yang bukan diabetesi (penderita diabetes mellitus), keadaan ini bisa ditimbulkan karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula sederhana (glukosa) pada waktu sahur.
Tubuh memproduksi banyak insulin segera setelah makanan tersebut selesai dikonsumsi, gula darah kemudian melaju cepat. Sayangnya, situasi sebaliknya bakal terjadi beberapa saat kemudian, setelah kandungan gula dari makanan tadi habis, hingga muncul gejala-gejala yang tidak dikehendaki itu.
Membatasi konsumsi makanan-minuman bergula pada waktu sahur merupakan langkah yang cerdas untuk menghindarinya.
Sementara bagi diabetesi, dianjurkan untuk berkonsultasi dulu dengan tenaga medis yang merawat, sebelum mengambil keputusan yang tepat.
  1. Sakit Pinggang
Selain merupakan gejala pembentukan batu ginjal, sakit pinggang bisa pula terjadi karena minimnya asupan cairan. Mencukupkan asupan cairan, saat buka, setelah tarawih dan pada waktu sahur, dapat mencegah keadaan tersebut.
  1. Radang Sendi
Bagi yang tidak terbiasa, utamanya para orang tua serta penderita kegemukan, porsi shalat sunnah yang biasanya bertambah kala Ramadhan dapat memicu timbulnya radang sendi yang ditandai rasa perih, kekakuan, atau bengkak di sekitar daerah persendian. Beban tekanan pada persendian lutut yang diluar kebiasaan diduga sebagai pemicunya.
Mengurangi berat badan sehingga lutut tidak memikul beban tambahan, melakukan senam ringan dan relaksasi sebelum Ramadhan sehingga anggota-anggota tubuh dapat dipersiapkan untuk menghadapi ketegangan tambahan, merupakan solusi yang cantik.
Selamat menunaikan ibadah Ramadhan, semoga makin disayang Allah.
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya



Tuesday, 23 June 2015





Bulan Ramadhan merupakan bulan Al-Qur`an. Pada bulan inilah Al-Qur`an diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana dalam firman Allah yang artinya:
"bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil)."(Al-Baqarah : 185)

Di antara amal ibadah yang sangat ditekankan untuk diperbanyak pada bulan Ramadhan adalah membaca (tilawah) Al-Qur`anul Karim. Banyak sekali hadits-hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang menyebutkan tentang keutamaan membaca Al-Qur`an. Di antaranya :

1. Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:

"Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya." (HR. Muslim 804)

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk membaca Al-Qur`an dengan bentuk perintah yang bersifat mutlak. Sehingga membaca Al-Qur`an diperintahkan pada setiap waktu dan setiap kesempatan. Lebih ditekankan lagi pada bulan Ramadhan. Nanti pada hari Kiamat, Allah subhanahu wata’ala akan menjadikan pahala membaca Al-Qur`an sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, datang memberikan syafa’at dengan seizin Allah kepada orang yang rajin membacanya.

2. Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya

"Bacalah oleh kalian dua bunga, yaitu surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada hari Kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya(HR. Muslim 804)

3. Dari shahabat An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata : saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya." 
(HR. Muslim 805)

Pada hadits ini Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memberitakan bahwa surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran akan membela orang-orang yang rajin membacanya. Namun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mempersyaratkan dalam hadits ini dengan dua hal, yaitu :

- Membaca Al-Qur`an, dan
- Beramal dengannya.

Karena orang yang membaca Al-Qur`an ada dua type :
- Type orang yang membacanya namun tidak beramal dengannya, tidak mengimani berita-berita Al-Qur`an, tidak mengamalkan hukum-hukumnya. Sehingga Al-Qur`an menjadi hujjah yang membantah mereka.
- Type lainnya adalah orang-orang yang membacanya dan mengimani berita-berita Al-Qur`an, membenarkannya, dan mengamalkan hukum-hukumnya, ... sehingga Al-Qur`an menjadi hujjah yang membela mereka.

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
"Al-Qur`an itu bisa menjadi hujjah yang membelamu atau sebaliknya menjadi hujjah yang membantahmu."[HR. Muslim]

Jadi inilah tujuan diturunkannya Al-Qur`an :
- untuk dibaca dan ditadabburi maknanya
- diimani segala beritanya
- diamalkan segala hukumnya
- direalisasikan segala perintahnya
- dijauhi segala larangannya

Faidah (Pelajaran) yang diambil dari hadits :
1.       Al-Qur`an sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya dan beramal dengannya.
2.       Ilmu mengharuskan adanya amal. Kalau tidak maka ilmu tersebut akan menjadi hujjah yang membantahnya pada hari Kiamat.
3.       Keutamaan membaca surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran
4.       Penamaan surat-surat dalam Al-Qur`an bersifat tauqifiyyah.
5.       Dari shahabat ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:

"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya." [Al-Bukhari 5027]

Orang yang terbaik adalah yang terkumpul padanya dua sifat tersebut, yaitu : mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya. Ia mempelajari Al-Qur`an dari gurunya, kemudian ia mengajarkan Al-Qur`an tersebut kepada orang lain. Mempelajari dan mengajarkannya di sini mencakup mempelajari dan mengajarkan lafazh-lafazh Al-Qur`an; dan mencakup juga mempelajari dan mengajarkan makna-makna Al-Qur`an.

Orang yang mahir membaca Al-Qur`an adalah orang yang bagus dan tepat bacaannya.
Adapun orang yang tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala : pertama, pahala tilawah, dan kedua, pahala atas kecapaian dan kesulitan yang ia alami.

Perumpamaan seorang munafiq namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Sedangkan perumpaan seorang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah : tidak memiliki aroma dan rasanya pun pahit.

Seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah, yaitu buah yang aromanya wangi dan rasanya enak. Karena seorang mu`min itu jiwanya bagus, qalbunya juga baik, dan ia bisa memberikan kebaikan kepada orang lain. Duduk bersamanya terdapat kebaikan. Maka seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah baik seluruhnya, baik pada dzatnya dan baik untuk orang lain. Dia seperti buah Al-Atrujah, aromanya wangi dan harum, rasanya pun enak dan lezat.

Adapun seorang mu’min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah kurma. Rasanya enak namun tidak memiliki aroma yang wangi dan harum. Jadi seorang mu’min yang rajin membaca Al-Qur`an jauh lebih utama dibanding yang tidak membaca Al-Qur`an. Tidak membaca Al-Qur`an artinya tidak mengerti bagaimana membaca Al-Qur`an, dan tidak pula berupaya untuk mempelajarinya.

Perumpamaan seorang munafiq, namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Karena orang munafiq itu pada dzatnya jelek, tidak ada kebaikan padanya. Munafiq adalah : orang yang menampakkan dirinya sebagai muslim namun hatinya kafir -wal’iyya dzubillah-. Kaum munafiq inilah yang Allah nyatakan dalam firman-Nya :

Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah tambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." (Al-Baqarah : 8 - 10)

Adapun orang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an, maka diumpamakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam seperti buah Hanzhalah, rasanya pahit dan tidak memiliki aroma wangi. Inilah munafiq yang tidak memiliki kebaikan sama sekali. Tidak memiliki aroma wangi, karena memang ia tidak bisa membaca Al-Qur`an, disamping dzat dan jiwanya adalah dzat dan jiwa yang jelek dan jahat.

Inilah jenis-jenis manusia terkait dengan Al-Qur`an. Maka hendaknya engkau berusaha agar menjadi orang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an dengan sebenar-benar bacaan, sehingga engkau seperti buah Al-Atrujah, aromanya wangi, rasanya pun enak.

(Sumber : m.pustaka.abatasa.co.id)
#SPUBerbagi

Monday, 22 June 2015





Wanita juga memiliki harapan tinggi di bulan Ramadhan, sekaligus secara bersamaan memiliki tanggung jawab dan tugas yang bejibun.

UMAT muslim di seluruh dunia yang mulai memasuki bulan Ramadhan, menetapkan motivasi beribadah tidak sebagaimana bulan-bulan sebelumnya, serta berharap dapat melakukan banyak hal dan mendapatkan sesuatu yang maksimum pada bulan suci ini.
Namun, bagi wanita berbeda! Wanita yang juga memiliki harapan tinggi di bulan diberkati ini, sekaligus secara bersamaan memiliki tanggung jawab dan tugas yang bejibun.
Untuk itu agar dapat mencapai apa yang inginkan wanita di bulan Ramadhan, sangat terkait dengan manajemen waktu dan rencana yang realistis.
Wanita memiliki tugas lebih banyak di bulan Ramadhan, terutama bagi mereka yang bekerja. Namun mereka masih memiliki beberapa peluang mendapatkan keberkahan, yang membuatnya mesti dapat mengatur dan mengkoordinasikan keragaman kegiatan itu dalam satu bulan ini.
Wanita dapat berpartisipasi dengan cara berbeda dalam melakukan kegiatan amaliyah, dan pintu untuk itu terbuka lebar. Memasak makanan bagi keluarga, atau mengumpulkan uang dari keluarga, kerabat, dan teman-teman untuk kegiatan amal, merupakan di antara kegiatan yang dapat dilakukan.
Wanita juga memiliki peran sangat penting dan krusial dalam membantu anak-anaknya memahami Ramadhan dan mengatur kegiatan yang relevan dengan bulan suci.
Para ibu selama 30 hari mengajarkan anak-anaknya secara komprehensif tentang puasa, berdoa, dan kegiatan membantu orang lain secara fisik maupun finansial.
Manajemen waktu yang mesti kita lakukan tidak hanya bagaimana mengatur waktu di bulan Ramadhan, tetapi juga mengatur tugas –termasuk menguranginya– selama bulan suci.
Setiap orang memiliki prioritas yang berbeda, sesuai kemampuan dan keadaan. Berikut tips yang dapat Anda lakukan, atau sesuaikan:

Bersiap diri mencari keberkahan Allah SWT di bulan Ramadhan.

• Jangan melakukan hal yang terlalu berlebih-lebihan, juga jangan menaruh harapan yang sangat tinggi, yang mungkin Anda juga tidak terlalu berniat melakukannya. Pastinya Anda bukan superwoman (memang tidak ada sebenarnya). Lakukan sesuatu yang realistis, sejalan dengan kemampuan, tanggung jawab, dan keadaan Anda.

• Buatlah sesuatu yang sesederhana mungkin. Jangan terjerat dengan daftar makanan yang harus dipersiapkan sehari-hari untuk berbuka. Cukup pastikan saja makanan yang kita siapkan itu memenuhi kadar gizi dan memiliki semua elemen yang diperlukan.

• Siapkan segala keperluan di dapur Anda, antara lain bahan-bahan untuk memasak, sehingga selama bulan Ramadhan ini Anda hanya melakukan langkah-langkah akhir saja. Misalnya, siapkan di lemari es Anda sejumlah jumlah bawang, bawang putih, saus tomat, dan lain sebagainya.
Juga siapkan daging dan ayam yang telah dicuci dan dibumbui. Siapkan pula beberapa minuman (sebisanya buatan sendiri) di lemari es.

• Segala sesuatu (yang dibutuhkan) yang ada di rumah sudah kita persiapkan. Dengan cara ini Anda bisa mudah menemukan dan menghemat waktu untuk mendapatkannya.

• Tetapkan prioritas Anda; tentukan mana rencana yang utama, dan mana kurang penting untuk Anda.
Jangan menjadwalkan sesuatu, yang sebelumnya telah kita anggap kurang penting. Dengan hanya memfokuskan pada hal-hal yang lebih penting, akan membuat rencana kita lebih efisien.

• Jadwalkan janji atau kunjungan yang hendak Anda lakukan. Hindari acara yang tidak perlu, lantas pastikan tanggal dan waktu yang memang Anda perlu lakukan.
Jelaskan kepada keluarga dan teman-teman bahwa Ramadhan adalah waktu yang sangat istimewa, dan Anda berniat memberikan lebih banyak waktu untuk berdoa dan kegiatan yang terkait dengan Ramadhan. Tundalah pertemuan atau tugas-tugas yang memungkinkan dilakukan setelah Ramadhan.

• Rencanakan dan lakukan dengan ikhlas jika Anda mengundang para tamu untuk berbuka puasa. Sebarkan kebahagiaan untuk Anda dan tamu Anda.
Anda dapat saja memasak makanan sederhana yang tidak membutuhkan banyak waktu atau usaha. Siapkan beberapa, atau sebagian besar hidangan, satu hari sebelumnya jika Anda bisa, sehingga Anda tidak melakukan semua pekerjaan pada hari yang sama.
Mintalah bantuan orang di rumah untuk mempersiapkan, mengangkat, dan mencuci piring jika memungkinkan. Anak-anak boleh juga dilibatkan membantu Anda.

• Buatlah daftar pokok tugas pokok serta kegiatan ekstra, yang bisa melibatkan anak-anak. Daftar ini dapat berfungsi sebagai pengingat yang baik, atau sebagai peringatan, jika Anda menetapkan tugas terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Jangan menunda besok, jika ada pekerjaan yang bisa dilakukan segera. Langkah ini akan memberi Anda dorongan untuk berbuat lebih banyak.

• Beristirahatlah. Waktu tidur yang cukup sangat penting bagi Anda untuk dapat menyelesaikan seluruh bulan Ramadhan dengan irama kegiatan yang sama.

• Makanlah makanan yang sehat. Makanan sehat akan memberikan energi untuk bekerja, berdoa, dan melakukan semua tugas Anda.
Hindari makanan junk food dan makanan dengan jumlah besar lemak. Makanan semacam ini akan membuat Anda lebih mudah mengantuk dan malas, di samping berbahaya bagi kesehatan.

• Berolah raga; banyak orang berpikir Ramadhan benar-benar waktu yang tidak tepat untuk berolahraga. Hal ini tidak benar. Anda dapat memiliki beberapa menit peregangan atau jenis lain yang membuat tubuh Anda lebih kuat dan membuat Anda merasa lebih baik.

Untuk Wanita Bekerja

Sudah dapat dipastikan wanita yang bekerja memiliki kondisi yang sulit, yang membutuhkan lebih banyak pengaturan dan kontrol. Namun kabar baiknya, perempuan yang bekerja terbiasa dengan manajemen waktu, daftar aktivitas, dan mengatur tugas-tugas sebelum dilakukan.

• Bekerja secara efisien merupakan gerbang penting untuk kenyamanan. Jadi pastikan selalu bahwa Anda melakukan pekerjaan-pekerjaan penting dengan cara yang positif.
• Atur jadwal Anda dengan hati-hati, sesuai dengan jam kerja Anda sehingga Anda memiliki waktu yang cukup untuk tidur, bekerja, dan waktu yang baik untuk menghabiskan waktu dengan keluarga Anda.
• Memanfaatkan waktu istirahat dan berada dalam perjalanan dengan membaca Al-Quran dan berdzikir.
• Bantulah rekan-rekan Muslim Anda, dalam bentuk saling menyemangati atau saling bertukar informasi di bulan suci ini.
• Ajak anggota keluarga terlibat. Anda bisa meminta bantuan anggota keluarga untuk ikut dalam pekerjaan rumah tangga.

Manajemen waktu ini bukanlah alat untuk menyelesaikan banyak hal tugas. Ini hanya sistem yang dapat membantu Anda memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin Anda lakukan selama bulan Ramadhan, mengidentifikasi tanggung jawab, serta merasa produktif, yang akhirnya akan memberikan Anda rasa hidup yang lebih berdaya.

(Sumber : Rasha Dewedar, dilansirOnIslam - hidayatullah.com)
#SPUBerbagi






Kisah ini diceritakan seorang ibu rumah tangga di salah satu kota kecil di Arab Saudi. Tentang bagaimana anak yang sholeh merupakan keberkahan bagi kedua orangtuanya.

Sang ibu bercerita bahwa ia memiliki seorang anak perempuan bernama Asma, Ia seorang gadis kecil
yang cerdas, dan hafal al-Qur'an.

Sejak kecil, suami ibu tersebut terbaring koma di rumah sakit. Kejadian itu bermula ketika pada tanggal 9 Ramadhan tahun 1395 H (sekitar tahun 1975 M), mobil ayah Asma mengalami kecelakaan, mobil yang ditumpanginya terbalik saat pulang dari tempat kerja di Timur Saudi menuju Riyadh. Kecelakaan itu begitu hebat hingga membuatnya langsung koma. Ia segera dilarikan ke rumah sakit. Tim dokter spesialis yang menanganinya mengatakan, sang suami mengalami kelumpuhan otak. 95 persen otaknya telah mati.

Asma tidak mengerti kondisi tersebut. Setiap kali Asma bertanya ke mana ayahnya, sang ibu sealu selalu merahasiakannya.

Sang ibu bercerita:

Ketika Asma bertanya ke mana ayahnya, ku hanya menjawab ayahnya suatu saat nanti akan kembali.

Tapi, kini Asmaa sudah berusia 15 tahun. Ia juga sudah hafal Al Qur’an dan terlihat lebih dewasa dari usianya. Maka kuceritakan apa yang sebenarnya terjadi.


Sementara sang suami, ia masih terbaring koma. Aku terus menungguinya. Bulan demi bulan. Tahun demi tahun. Ujian kesetiaan datang, ketika lima tahun berlalu dan suamiku belum juga sadarkan diri. Sebagian orang menyarankan aku menikah lagi dengan didukung oleh rekomendasi seorang Syaikh.

“Tidak,” jawabku saat itu. “Selama suamiku belum dikubur, aku akan tetap menjadi istrinya.”

Aku pun kemudian berkonsentrasi untuk mendidik Asma, di samping bergantian dengan keluarga menunggui suami di rumah sakit. Aku kemudian memasukkan Asma ke sekolah tahfidz hingga jadilah ia hafal Qur’an.

Sejak tahu ayahnya koma di rumah sakit, Asma selalu bersama denganku ke sana. Ia mendoakan dan membacakan ayat-ayat ruqyah untuk ayahnya, ia juga bersedekah untuk ayahnya.

Hingga suatu hari pada tahun 1410 (tahun 1990), Asma meminta izin menginap di rumah sakit. “Aku ingin menunggui ayah malam ini” pintanya dengan nada mengiba. Aku tak bisa mencegah.

Malam itu, Asmaa duduk di samping ayahnya. Ia membaca surat Al-Baqarah di sana. Dan begitu selesai ayat terakhirnya, rasa kantuk menyergapnya. Ia tertidur di dekat ayahnya yang masih koma. Tak berapa lama kemudian, Asma terbangun. Ada ketenangan dalam tidur singkatnya itu. lalu, ia pun berwudhu dan menunaikan shalat malam.


Selesai shalat beberapa raka’at, rasa kantuk kembali menyergap Asma. Tetapi, kantuk itu segera hilang ketika Asmaa merasa ada suara yang memanggilnya, antara tidur dan terjaga.

“Bangunlah… bagaimana mungkin engkau tidur sementara waktu ini adalah waktu mustajab untuk berdoa? Allah tidak akan menolak doa hamba di waktu ini”

Asma pun kemudian mengangkat tangannya dan berdoa. “Yaa Rabbi, Yaa Hayyu…Yaa ‘Adziim… Yaa Jabbaar… Yaa Kabiir… Yaa Mut’aal… Yaa Rahmaan… Yaa Rahiim… ini adalah ayahku, seorang hamba dari hamba-hambaMu, ia telah ditimpa penderitaan dan kami telah bersabar, kami Memuji Engkau…, kami beriman dengan keputusan dan ketetapanMu baginya…

Ya Allah…, sesungguhnya ia berada di bawah kehendak-Mu dan kasih sayang-Mu.., Wahai Engkau yang telah menyembuhkan nabi Ayyub dari penderitaannya, dan telah mengembalikan nabi Musa kepada ibunya… Yang telah menyelamatkan Nabi Yuunus dari perut ikan paus, Engkau Yang telah menjadikan api menjadi dingin dan keselamatan bagi Nabi Ibrahim… sembuhkanlah ayahku dari penderitaannya…

Ya Allah… sesungguhnya mereka telah menyangka bahwasanya ia tidak mungkin lagi sembuh… Ya Allah milikMu-lah kekuasaan dan keagungan, sayangilah ayahku, angkatlah penderitaannya…”

Sebelum Subuh, rasa kantuk datang lagi. Dan Asma pun tertidur.

“Siapa engkau, mengapa kau ada di sini?” suara itu membangunkan Asma. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari sumber suara. Tak ada orang.

Asma terkejut! Subhanallah... Betapa bahagia dirinya, ternyata suara itu adalah suara ayahnya. Ia sadar dari koma panjangnya. Begitu bahagianya Asma, ia pun memeluk ayahnya yang masih terbaring. Sang ayah kaget.

“Takutlah kepada Allah. Engkau tidak halal bagiku” kata sang ayah.

“Aku ini putrimu ayah. Aku Asma” tak menghiraukan keheranan sang ayah, Asma segera menghubungi dokter dan mengatakan apa yang terjadi.

Para dokter yang piket pada pagi itu hanya bisa mengucapkan “Masya Allah”. Mereka hampir tak percaya dengan peristiwa menakjubkan ini. Bagaimana mungkin otak yang telah mati kini kembali? Ini benar-benar kekuasaan Allah.

Sementara sang ayah Asma juga heran mengapa dirinya berada di situ. Ketika Asma dan ibunya menceritakan bahwa ia telah koma selama tujuh tahun, ia hanya bertasbih dan memuji Allah. “Sungguh Allah Maha Baik. Dialah yang menjaga hamba-hambaNya” simpulnya.

(Sumber : forum.viva.co.id)
#SPUBerbagi




Kedatangan bulan Ramadhan setiap tahunnya tak henti menjadi penghibur hati orang mukmin. Bagaimana tidak, beribu keutamaan ditawarkan di bulan ini. Pahala diobral, ampunan Allah bertebaran memenuhi setiap ruang dan waktu. Seorang yang menyadari kurangnya bekal yang dimiliki untuk menghadapi hari penghitungan kelak, tak ada rasa kecuali sumringah menyambut Ramadhan. Insan yang menyadari betapa dosa melumuri dirinya, tidak ada rasa kecuali bahagia akan kedatangan bulan Ramadhan.

Mukmin Sejati Itu Dermawan

Salah satu pintu yang dibuka oleh Allah untuk meraih keuntungan besar dari bulan Ramadhan adalah melalui sedekah. Islam sering menganjurkan umatnya untuk banyak bersedekah. Dan bulan Ramadhan, amalan ini menjadi lebih dianjurkan lagi. Dan demikianlah sepatutnya akhlak seorang mukmin, yaitu dermawan. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah. Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat

Allah Ta’ala, sebagaimana hadits:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’, 1744)
Dari hadits ini demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pelit dan bakhil adalah akhlak yang buruk dan bukanlah akhlak seorang mukmin sejati. Begitu juga, sifat suka meminta-minta, bukanlah ciri seorang mukmin. Bahkan sebaliknya seorang mukmin itu banyak memberi.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang meminta.” (HR. Bukhari no.1429, Muslim no.1033)

Selain itu, sifat dermawan jika di dukung dengan tafaqquh fiddin, mengilmui agama dengan baik, sehingga terkumpul dua sifat yaitu alim dan juud (dermawan), akan dicapai kedudukan hamba Allah yang paling tinggi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 “Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi oleh Allah serta kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya dan ia gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya. Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik.” (HR. Tirmidzi, no.2325, ia berkata: “Hasan shahih”)

Kedermawanan Rasulullah di Bulan Ramadhan
Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, teladan terbaik bagi kita, beliau adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanan beliau lebih dahsyat lagi di bulan Ramadhan. Hal ini diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma:
 “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari, no.6)

Dari hadits di atas diketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada dasarnya adalah seorang yang sangat dermawan. Ini juga ditegaskan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu:
 “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani dan paling dermawan.” (HR. Bukhari no.1033, Muslim no. 2307)

Namun bulan Ramadhan merupakan momen yang spesial sehingga beliau lebih dermawan lagi. Bahkan dalam hadits, kedermawanan Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan melebihi angin yang berhembus. Diibaratkan demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat ringan dan cepat dalam memberi, tanpa banyak berpikir, sebagaimana angin yang berhembus cepat. Dalam hadits juga angin diberi sifat ‘mursalah’ (berhembus), mengisyaratkan kedermawanan Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki nilai manfaat yang besar, bukan asal memberi, serta terus-menerus sebagaimana angin yang baik dan bermanfaat adalah angin yang berhembus terus-menerus. Penjelasan ini disampaikan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari.

Oleh karena itu, kita yang mengaku meneladani beliau sudah selayaknya memiliki semangat yang sama. Yaitu semangat untuk bersedekah lebih sering, lebih banyak dan lebih bermanfaat di bulan Ramadhan, melebihi bulan-bulan lainnya.

Dahsyatnya Sedekah di Bulan Ramadhan

Salah satu sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi teladan untuk lebih bersemangat dalam bersedekah di bulan Ramadhan adalah karena bersedekah di bulan ini lebih dahsyat dibanding sedekah di bulan lainnya. Diantara keutamaan sedekah di bulan Ramadhan adalah:

1. Puasa digabungkan dengan sedekah dan shalat malam sama dengan jaminan surga.
Puasa di bulan Ramadhan adalah ibadah yang agung, bahkan pahala puasa tidak terbatas kelipatannya. Sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadits qudsi:
 “Setiap amal manusia akan diganjar kebaikan semisalnya sampai 700 kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.'” (HR. Muslim no.1151)
Dan sedekah, telah kita ketahui keutamaannya. Kemudian shalat malam, juga merupakan ibadah yang agung, jika didirikan di bulan Ramadhan dapat menjadi penghapus dosa-dosa yang telah lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 “Orang yang shalat malam karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.37, 2009, Muslim, no. 759)
Ketiga amalan yang agung ini terkumpul di bulan Ramadhan dan jika semuanya dikerjakan balasannya adalah jaminan surga. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
 “Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah menganugerahkannya kepada orang yang berkata baik, bersedekah makanan, berpuasa, dan shalat dikala kebanyakan manusia tidur.” (HR. At Tirmidzi no.1984, Ibnu Hibban di Al Majruhin 1/317, dihasankan Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/47, dihasankan Al Albani di Shahih At Targhib, 946)

2. Mendapatkan tambahan pahala puasa dari orang lain.
Kita telah mengetahui betapa besarnya pahala puasa Ramadhan. Bayangkan jika kita bisa menambah pahala puasa kita dengan pahala puasa orang lain, maka pahala yang kita raih lebih berlipat lagi. Subhanallah! Dan ini bisa terjadi dengan sedekah, yaitu dengan memberikan hidangan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 “Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan shahih”)
Padahal hidangan berbuka puasa sudah cukup dengan tiga butir kurma atau bahkan hanya segelas air, sesuatu yang mudah dan murah untuk diberikan kepada orang lain.
 “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa dengan beberapa ruthab (kurma basah), jika tidak ada maka dengan beberapa tamr (kurma kering), jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air.” (HR. At Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi, 696)
Betapa Allah Ta’ala sangat pemurah kepada hamba-Nya dengan membuka kesempatan menuai pahala begitu lebarnya di bulan yang penuh berkah ini.

3. Bersedekah di bulan Ramadhan lebih dimudahkan.
Salah satu keutamaan bersedekah di bulan Ramadhan adalah bahwa di bulan mulia ini, setiap orang lebih dimudahkan untuk berbuat amalan kebaikan, termasuk sedekah. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya manusia mudah terpedaya godaan setan yang senantiasa mengajak manusia meninggalkan kebaikan, setan berkata:
 “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Qs. Al A’raf: 16)
Sehingga manusia enggan dan berat untuk beramal. Namun di bulan Ramadhan ini Allah mudahkan hamba-Nya untuk berbuat kebaikan, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
 “Jika datang bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari no.3277, Muslim no. 1079)

Dan pada realitanya kita melihat sendiri betapa suasana Ramadhan begitu berbedanya dengan bulan lain. Orang-orang bersemangat melakukan amalan kebaikan yang biasanya tidak ia lakukan di bulan-bulan lainnya. Subhanallah.

Adapun mengenai apa yang diyakini oleh sebagian orang, bahwa setiap amalan sunnah kebaikan di bulan Ramadhan diganjar pahala sebagaimana amalan wajib, dan amalan wajib diganjar dengan 70 kali lipat pahala ibadah wajib diluar bulan Ramadhan, keyakinan ini tidaklah benar. Karena yang mendasari keyakinan ini adalah hadits yang lemah, yaitu hadits:
 “Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) di dalamnya lebih baik dari 1000 bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah (tathawwu’). Barangsiapa (pada bulan itu) mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan, ia seolah-olah mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran itu balasannya surga. Ia (juga) bulan tolong-menolong, di mana di dalamnya rezki seorang Mukmin bertambah (ditambah). Barangsiapa (pada bulan itu) memberikan buka  kepada seorang yang berpuasa, maka itu menjadi maghfirah (pengampunan) atas dosa-dosanya, penyelamatnya dari api neraka dan ia memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa (itu) sedikitpun.” Kemudian para Sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki makanan untuk diberikan sebagai buka orang yang berpuasa.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan buka dari sebutir kurma, atau satu teguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi, Al Hakim, Ibnu Khuzaimah (no. 1887) dan Al Ash-habani dalam At Targhib (178). Hadits ini didhaifkan oleh para pakar hadits seperti Al Mundziri dalam Targhib Wat Tarhib (2/115), juga oleh Dhiya Al Maqdisi di Sunan Al Hakim (3/400), bahkan dikatakan oleh Al Albani hadits ini Munkar, dalam Silsilah Adh Dhaifah (871).

Ringkasnya, walaupun tidak terdapat kelipatan pahala 70 kali lipat pahala ibadah wajib di luar bulan Ramadhan, pada asalnya setiap amal kebaikan, baik di luar maupun di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan oleh Allah 10 sampai 700 kali lipat. Berdasarkan hadits:
 “Sesungguhnya Allah mencatat setiap amal kebaikan dan amal keburukan.” Kemudian Rasulullah menjelaskan: “Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, namun tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu pahala kebaikan sempurna.  Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, lalu mengamalkannya, Allah mencatat pahala baginya 10 sampai 700 kali lipat banyaknya.” (HR. Muslim no.1955)

Oleh karena itu, orang yang bersedekah di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya 10 sampai 700 kali lipat karena sedekah adalah amal kebaikan, kemudian berdasarkan Al A’raf ayat 16 khusus amalan sedekah dilipatkan-gandakan lagi sesuai kehendak Allah. Kemudian ditambah lagi mendapatkan berbagai keutamaan sedekah. Lalu jika ia mengiringi amalan sedekahnya dengan puasa dengan shalat malam, maka diberi baginya jaminan surga. Kemudian jika ia tidak terlupa untuk bersedekah memberi hidangan berbuka puasa bagi bagi orang yang berpuasa, maka pahala yang sudah dilipatgandakan tadi ditambah lagi dengan pahala orang yang diberi sedekah. Jika orang yang diberi hidangan berbuka puasa lebih dari satu maka pahala yang didapat lebih berlipat lagi.

Subhanallah…
Ayo jangan tunda lagi…

(Sumber : Yulian Purnama – muslim.or.id)
#SPUBerbagi