Sunday, 8 March 2015




Amat banyak ayat Al-Quran dan hadis Nabi Saw. yang berbicara
tentang kewajiban belajar, baik kewajiban tersebut ditujukan
kepada lelaki maupun perempuan, di antaranya,

"Menuntut  ilmu  adalah   kewajiban   setiap   Muslim   (dan
Muslimah)" (HR Al-Thabarani melalui Ibnu Mas'ud)

Para  perempuan di zaman Nabi Saw. menyadari benar kewajiban
ini,  sehingga  mereka  memohon  kepada  Nabi  agar   beliau
bersedia  menyisihkan waktu tertentu dan khusus untuk mereka
agar dapat menuntut ilmu pengetahuan. Permohonan  ini  tentu
saja dikabulkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Al-Quran  memberikan pujian kepada ulul albab, yang berzikir
dan memikirkan kejadian langit dan bumi. Zikir dan pemikiran
menyangkut  hal  tersebut  mengantarkan  manusia  mengetahui
rahasia-rahasia alam raya. Mereka yang  dinamai  ulul  albab
tidak  terbatas  pada  kaum lelaki saja, melainkan juga kaum
perempuan. Hal ini terbukti dari lanjutan ayat di atas, yang
menguraikan   tentang   sifat-sifat   ulul  albab,  Al-Quran
menegaskan bahwa:

"Maka Tuhan  mereka  mengabulkan  permohonan  mereka  dengan
berfirman,  "Sesunggahnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal
orang-orang yang beramal di antara kamu, baik lelaki  maupun
perempuan." (QS Ali 'Imran [3]: 195) .

Ini   berarti   bahwa   kaum   perempuan   dapat   berpikir,
mempelajari, dan kemudian mengamalkan apa yang mereka hayati
setelah  berzikir kepada Allah serta apa yang mereka ketahui
dari alam raya ini.

Pengetahuan tentang  alam  raya  tentunya  berkaitan  dengan
berbagai   disiplin  ilmu,  sehingga  dari  ayat  ini  dapat
dipahami bahwa perempuan bebas untuk mempelajari  apa  saja,
sesuai  dengan  keinginan  dan  kecenderungan masing-masing.
Sejarah membuktikan bahwa banyak wanita yang sangat menonjol
pengetahuannya   dalam  berbagai  bidang  ilmu  pengetahuan,
sehingga menjadi rujukan sekian banyak tokoh lelaki.

Istri Nabi, Aisyah r.a., adalah salah seorang yang mempunyai
pengetahuan  sangat  dalam  serta  termasyhur  pula  sebagai
seorang kritikus, sampai-sampai ada ungkapan  terkenal  yang
dinisbahkan  oleh  sementara  ulama  sebagai pernyataan Nabi
Muhammad Saw.:

Ambillah setengah pengetahuan agama kalian dari  Al-Humaira,
(yakni Aisyah).

Demikian  juga  As-Sayyidah  Sakinah putri Al-Husain bin Ali
bin Abi Thalib. Kemudian, Al-Syaikhah Syuhrah yang  bergelar
"Fakhr Al-Nisa', (Kebanggaan Perempuan) adalah salah seorang
guru Imam Syafi'i, tokoh mazhab yang  pandangan-pandangannya
menjadi anutan banyak umat Islam di seluruh dunia. Dan masih
banyak lagi yang lainnya.

Beberapa wanita lain mempunyai kedudukan ilmiah yang  sangat
terhormat, misalnya Al-Khansa' dan Rabi'ah Al-Adawiyah.

Rasulullah  Saw.  tidak  membatasi  kewajiban  belajar hanya
kepada perempuan-perempuan  merdeka  (yang  memiliki  status
sosial  tinggi),  tetapi  juga  para budak belian dan mereka
yang bersatus sosial rendah.  Karena  itu  sejarah  mencatat
sekian  banyak  perempuan yang tadinya budak belian kemudian
mencapai tingkat pendidikan yang sangat tinggi.

Al-Muqari dalam bukunya Nafhu Ath-Thib, sebagaimana  dikutip
oleh   Dr.   Abdul   Wahid  Wafi,  memberitakan  bahwa  Ibnu
Al-Mutharraf, seorang  pakar  bahasa  pada  masanya,  pernah
mengajarkan   seorang   perempuan   liku-liku  bahasa  Arab.
Sehingga sang wanita pada akhirnya memiliki  kemampuan  yang
melebihi  gurunya  sendiri,  khususnya  dalam  bidang puisi,
sampai  ia  dikenal   dengan   nama   Al-'Arudhiyat   karena
keahliannya dalam bidang ini.

Harus  diakui  hahwa  pembidangan  ilmu pada masa awal Islam
belum sebanyak dan seluas sekarang ini.  Namun  Islam  tidak
membedakan  satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya,
sehingga seandainya mereka  yang  disebut  namanya  di  atas
hidup  pada masa kini, tidak mustahil mereka akan tekun pula
mempelajari disiplin-disiplin ilmu  yang  berkembang  dewasa
ini.

(Sumber : media.isnet.org) 
 
#SPUberbagi

0 comments:

Post a Comment