Tuesday, 24 March 2015





Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak beriman seseorang di antara kalian sehingga ia mencintai milik saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai miliknya sendiri”.
[Bukhari no. 13, Muslim no. 45]

Penjelasan:

Persatuan dan kasih sayang
Islam bertujuan menciptakan masyarakat yang harmonis dan penuh kasih sayang. Setiap individu berusaha mendahulukan maslahat umum dan kedamaian masyarakat, sehingga tercipta keadilan dan kedamaian. Semua ini tidak akan terealisasi, kecuali jika setiap individu yang ada dalam satu masyarakat, menghendaki kebaikan dan kebahagiaan bagi setiap orang lain seperti ia menghendaki untuk dirinya sendiri.

Iman yang sempurna
Iman akan terealisasi dengan pembenaran dan pengakuan yang mendalam terhadap rububiyatullah (bahwa Allah adalah pemelihara, pengatur, dsb) dan meyakini rukun iman yang lain, yaitu iman kepada para malaikat, kitab-kitab suci, para rasul, hari akhir, qadha dan qadar.
Selain itu, keimanan tidak dianggap kokoh dan mengakar dalam hati seorang muslim, kecuali ia menjadi manusi yang baik.
Kesempurnaan iman dapat terealisasi melalui hal-hal berikut :
·         Mencintai kebaikan untuk saudaranya, sebagaimana  untuk dirinya sendiri dan membenci keburukan untuk saudaranya, sebagaimana ia membenci untuk dirinya sendiri.
Mu’adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah, tentang iman yang afdhal. Rasulullah bersabda, “Agar seseorang mencintai sesuatu (kebaikan) untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri, dan membenci sesuatu (keburukan)  untuk mereka, sebagaimana ia membenci untuk dirinya sendiri.” (HR. Ahmad)
·         Bersegera memberikan nasihat manakala saudaranya lalai.
·         Segera memaafkan dan memenuhi hak saudaranya, sebagaimana ia juga ingin segera dipenuhi haknya.
Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin’Ash ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang ingin agar dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaklah ia mati dalam keadaan iman kepada Allah dan hari akhir dan mendatangi orang yang suka didatangi.”
Nilai lebih seorang muslim
Diantara bentuk kesempurnaan iman adalah berharap agar kebajikan juga dimiliki orang lain, yang muslim dan non muslim. Artinya, berharap dan berusaha agar orang-orang kafir dapat merasakan nikmatnya iman.
Rasulullah bersabda, “Cintailah sesuatu (kebaikan) untuk orang lain, sebagaimana kamu mencintainya untuk dirimu, niscaya kamu menjadi muslim (yang baik).” (HR.Tirmidzi)

Berlomba untuk mendapatkan kebaikan
Berloma-lomba dalam kebaikan merupakan kesempurnaan iman. Karenanya, seseorang yang ingin memiliki keimanan dan ketakwaan seperti yang dimiliki orang lebih sholih, bukanlah suatu aib, melainkan dianjurkan.
Allah swt berfirman, “Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba,” (QS. Al Muthaffifin : 26)

Keimanan menciptakan masyarakat yang bersih dan berwibawa
Setiap muslim didorong untuk senantiasa berusaha membantu orang lain melakukan kebaikan., karena hal ini merupakan bukti dan tanda kebenaran imannya. Dengan demikian akan tercipta masyarakat yang bersih dan wibawa.
Rasulullah bersabda, “Orang-orang mukmin, dalam kasih sayangnya, seumpama satu tubuh. Jika satu anggota tubuhnya sakit, maka anggota tubuh yang lain merasakan demam dan kurang tidur.” (HR. Bukhari-Muslim)
Jika ini terjadi, maka Allah akan memberikan kepada mereka kewibawaan, kemuliaan, dan kekuasaan di dunia. Sedangkan di akhirat, ia akan mendapatan pahala.

Masyarakat yang jauh dari keimanan adalah masyarakat yang egois dan penuh kebencian
Jika keimanan tidak ada, kasih sayang hilang, dan sebagai gantinya muncul kedengkian dan egiosme yang mendominasi masyarakat. Dalam kondisi ini, manusia menjelma menjadi serigala haus darah, kehidupan kacau dan kezaliman merajalela. Allah swt berfirman, “Mereka itu mati dan tidak hidup. Mereka tidak tahu kapan mereka dibangkitkan.”

Iman senantiasa bertambah dan berkurang. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

(Disarikan dari Al-Wafi Fi syarhil Arba’in An-Nawawiyah)
#SPUberbagi

0 comments:

Post a Comment