Wednesday, 11 March 2015





Dari Abu 'Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anh, dia berkata : bahwa Rasulullah telah bersabda, "Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. Maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. Kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. Kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.
[Bukhari no. 3208, Muslim no. 2643]

Penjelasan:

Tahapan perkembangan janin
Hadits ini menjelaskan bahwa selama 120 hari, janin mengalami tiga kali perkembangan. Perkembangan tersebut terjadi setiap 40 hari.Empat puluh hari pertama, janin masih berbentuk nutfah. Empat puluh hari berikutnya, berbentuk gumpalan darah..Empat puluh hari berikutnya, menjadi segumpal daging. Setelah seratus dua puluh hari, malaikat meniupkan ruh ke dalamnya, dan ditetapkan bagi janin tersebut empat ketentuan di atas.
Perkembangan janin ini juga disebutkan dalam Al Qur’an. Allah SWT berfirman, “Wahai sekalian manusia, jika kalian ragu-ragu terhadap hari kebangkitan, maka (ingatlah) sesungguhnya Aku telah menciptakanmu dari tanah, lalu dari setetes air, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging.” (QS. Al Hajj : 5)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari satu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani ini Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang ltu Kami bungkus  dengan daging, kamudian Kami jadikan dia makhluk yan (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS. Al Mukminun : 12-14)
Dalam ayat ini Allah menyebutkan empat tahapan penciptaan manusia yang ada dalam hadits di atas dan menambah tiga tahapan yang lain. Sehinga menjadi tujuh tahapan. Ibnu Abbas ra berkata, “Anak Adam diciptakan melalui tujuh tahapan”, lalu ia membca ayat di atas.”
Hikmah diciptakannya manusia secara bertahap, padahal sebenarnya Allah mampu menciptakan secara langsung dan dalam waktu singkat, adalah untuk menyesuaikan dengan sunatullah yang berlaku di alam semesta. Semuanya berjalan sesuai hukum sebab akibat. Hal ini menandakan kekuasaan Allah yang sangat besar. Hikmah lainnya, agar manusia berhati-hati dalam melakukan segala urusannya, tidak terburu-buru. Juga mengajarkan kepada manusia bahwa untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan sempurna, baik dalam masalah batin maupun zahir, adalah dengan melakukannya penuh hati-hati dan bertahap.

Peniupan ruh
Para ulama sepakat bahwa ruh ditiupkan saat janin berusia 120 hari, sejak sel telur bertemu sel sperma atau saat janin berusia 4 bulan memasuki bulan kelima.
Ruh adalah sesuatu yang membuat manusia hidup dan sepenuhnya urusan Allah. Seperti tertera dalam firmanNya, “Dan mereka bertanya tentang ruh. Katakanlah , hai Muhammad, “Bahwa ruh adalah urusan Tuhanku dan tidaklah kalian diberi ilmu kecuali sangat sedikit.” (QS. Al Isra : 85)

Larangan aborsi
Para ulama sepakat bahwa aborsi setelah ruh ditiupkan ke dalam janin adalah haram. Hal in dianggap sebagai tindak kejahatan terhadap manusia dal bentuknya yang utuh. Maka bila seseorang melakukan aborsi akan dikenakan diyat (denda yang telah ditentukan ukurannya).

Allah Maha Mengetahui
Sesungguhnya Allah mengetahui kondisi manusia sebelum mereka diciptakan. Keimanan, ketaatan, kekufuran, kabahagiaan, semuanya atas pengetahuan dan kehendak Allah SWT. Namun ini semua tidak berarti meniadakan ikhtiar (usaha) seorang hamba. Seorang hamba harus berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya. Sesuai dengan firmanNya, “Demi jiwa dan penyempurnaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Maka sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwa. Dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.” (QS. Asy Syams : 7-10)

Menggunakan takdir sebagai argumen
Allah SWt telah memerintahkan kita untuk menaatiNya dan melarang dari kemaksiatan. Apapun yang telah digariskan untuk kita, sama sekali kita tidak tahu, tapi kita harus berusaha untuk berjalan sesuai perintah dan laranganNya. Allah SWT berfirman, “Katakanlah, wahai Muhammad, “Beramallah kalian semua, karena Allah,  RasulNya dan orang-orang mukmin akan mengetahui amal perbuatanmu.” (QS. At Taubah : 105)
Apapun hasil yang diterima, itulah ketetapan Allah, dan itlah yang terbaik bagi seorang mukmin.
Yang menjadi penentu adalah bagian akhir dari amal perbuatan
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya segala perbuatan ditentukan bagian akhirnya” (HR. Bukhari).
Kita dianjurkan untuk selalu berbuat kebaikan dan berjalan di atas kebenaran sehingga di akhir hayat berada dalam husnul khatimah ‘akhir hayat yang baik’.

Nabi Muhammad saw sering berdoa, “Wahai Dzat yang membalik-balikan hati, teguhkanlah hatiku dalam agamaMU.” (HR. Muslim)
“Sesungguhnya hati seluruh manusia berada di antara dua jari Allah, seolah-olah hanya satu hati. Allah berbuat sekehendakNya”, lalu beliau berdoa, “Wahai Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepad ketaatanmu.”

(Disarikan dari Al-Wafi Fi syarhil Arba’in An-Nawawiyah)
#SPUberbagi

0 comments:

Post a Comment