Wednesday, 13 May 2015



Nama lengkapnya Imam an-Nasa’I adalah Abu Abdurrahman Ahmad bin Ali bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin Bahr al-khurasani al-Qadi. Lahir di daerah Nasa’ pada tahun 215H. ada juga yang mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun 214H. beliau dinisbahkan kepada daerah Nasa’ (al-Nasa’i), daerah yang menjadi saksi bisu kelahiran seorang ahli hadits kaliber dunia.

Pengembaraan Intelektual

Pada awalnya, beliau tumbuh dan berkembang di daerah Nasa’i.  Beliau berhasil menghafal al Qur’an di madrasah yang ada di desa kelahirannya. Beliau juga banyak menyerap berbagai disiplin ilmu keagamaan dari para ulama di daerahya. Saat remaja, seiring dengan penigkatan kapasitas intelektualnya, beliaupun mulai gemar melakukan kunjungan ilmiah ke berbagai penjuru dunia. Apalagi kalau bukan untuk berburu ilmu-ilmu keagamaan, terutama disiplin hadits dan ilmu hadits.

Belum genap usia 15 tahun, beliau sudah melakukan pengembaraan ke berbagai wilayah Islam,seperti Mesir, Hijaz, Iraq, Syam, Khurasan dsb. Sebenarnya, perjalanan intelektual yang demikian, bahkan dilakukan pada usia dini, bukan merupakan hal yang aneh di kalangan para Imam Hadits. Semua imam hadits, terutama enam imam hadits, yang biografinya banyak kita ketahui, sudah gemar melakukan perjalanan ilmiah ke berbagai wilayah Islam semenjak usia dini. Dan itu merupakan cirri khas ulama-ulama hadits, termasuk Imam an-Nasa’i.

Kemampuan intelektual Imam an-Nasa’I menjadi kian matang dan berisi dalam masa pengembaraannya. Namun demikian, awal proses pembelajarannya di daerah Nasa’ tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Karena justru di daerah inilah, beliau mengalami proses pembentukan intelektual. Sementara masa pengembaraannya dinilai sebagai proses pematangan dan perluasan pengetahuan.

Guru dan Murid.

Seperti para pendahulunya : Imam al Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, dan Imam at Tirmidzi, Imam an Nasa’i juga tercatat mempunyai banyak pengajar dan murid. Para guru beliau yang nama harumnya tercatat oleh pena sejarah, antara lain : Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih, al Harits bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Dawud, Imam Isa at Tirmidzi.

Sementara murid-murid yang setia mendengarkan fatwa2 dan ceramah2 beliau, antara lain : Abu al Qasim al Thabarani, Abu Ja’far al Thahawi.

Karya Tulisnya

Karya tulis Imam an-Nasa’i, antara lain al Sunan al Kubra, al Sunan al Sughra, al Khashais, Fadhail al Shahabah dan al Manasik. Menurut sebuah keterangan yang diberikan oleh Ibn al Atsir al Jazairi dalam kitabnya Jami al Ushul, kitab ini disusunberdasarkan  pandangan2 fiqh mazhab Syafi’i.
Karangan Imam an-Nasa’i paling monumental adalah Sunan an-Nasai. Beliau sangat teliti dalam menyeleksi hadits2 dan periwayatnya yang termuat dalam kitabnya. Beliau juga telah menetapkan syarat2 tertentu dalam proses penyeleksian hadits2 yang diterimanya.

Komentar Ulama

Abu Ali al Naisaburi mengatakan, “Orang yang pernah meriwayatkan hadits kepada kami adalah seorang imam hadits yang telah diakui oleh para ulama, ia bernama Abu Abd al Rahman an-Nasa’i.”

Ad Daraquthni mengatakan bahwa an-Nasa’i adalah salah seorang Syaikh di Mesir yang paling ahli dalam bidang fikih pada masanya dan paling mengetahui tentang hadits dan para rawi.

Al Hakim Abu Abdullah berkata, “Pendapat2 Abu Abdurrahma an-Nasa’I mengenai fikih yang diambil dari hadits terlampau banyak untuk dapat kita kemukakan seluruhnya. Siapa yang menelaah  dan mengkaji kitab Sunan an-Nasa’i, ia akan terpesona dengan keindahan dan kebagusan kata-katanya.”

Karena Imam an-Nasa’I cukup lama tinggal di  Mesir, sementara Imam as Syafi’I juga lama menyebarkan pandangan fikihnya di Mesir. Walaupu keduanya pernah bertemu, tidak menutup kemungkinan bahwa pandangan kedua imam tersebut bersinggungan, walaupun pada dasarnya adanya independensi pandangan yang merupakan ciri khas tiap imam hadits.

Tutup Usia

Ada beberapa pendapat yang menjelaskan tentang kapan dan dimana Imam an-Nasa’i meninggal. Riwayat  pertama, perawi mengatakan bahwa,, “Mereka tidak henti-hentinya mendesaknya pada sisinya hingga mengusirnya dari masjid, kemudian dia dibawa ke Mekkah lalu meninggal disana.”

Sementara ulama lain mengatakan bahwa Imam an-Nasa’i meninggal di Ramlah, suatu di daerah Palestina. Beliau meninggal pada tahun 303H dan dikebumikan di Baitul Maqdis Palestina.

Inna lillahi wa inna ilahi rajiun. Semoga jerih payah Imam an-Nasa’i dalam mengemban wasiat Rasulullah guna menyebarkan hadits mendapatkan balasan yang berlipat disisi Allah swt. Aamiin.
Wallahu a’lam bishawab.

(Sumber : Biografi 60 Ulama Ahlussubbah - Majalah Majlis)
#SPUBerbagi


0 comments:

Post a Comment