Saudah adalah wanita pertama yang
dinikahi Nabi SAW sesudah Khadijah. Ia menemani Rasulullah selama kurang lebih
tiga tahun sehingga beliau berumah tangga dengan Aisyah. Saudah termasuk salah
seorang wanita utama pada zamannya.
Sebelum menikah dengan Rasulullah SAW,
Saudaah dinikahi oleh sepupunya yang dikenal dengan Sakran bin Amr. Ketika
masuk Islam dan membaiat Rasulullah, suaminya juga turut serta masuk Islam
bersamanya, dan berhijrah bersama-sama menuju bumi Habasyah.
Ketika suami Saudah meninggal, Khaulah
binti Hakim datang kepada Rasulullah SAW. “Wahai Rasulullah, maukah anda
menikah?”
“Dengan siapa?” tanya beliau.
“Dengan Saudah binti Zam’ah, karena
dia telah beriman padamu dan mengikutimu.” Jawab Khaulah.
Rasulullah kemudian berkata, “Baiklah,
pinanglah dirinya buatku!”
Setelah itu, Khaulah segera beranjak
menuju Saudah. “Kebaikan dan berkah apa yang dimasukkan Allah kepadamu, wahai
Saudah?” kata Khaulah ketika mereka bertemu.
Saudah balik bertanya karena tidak
tahu maksudnya, “Apakah itu, wahai Khaulah?”
Khaulah menjawab, “Rasulullah SAW
mengutus aku untuk meminangmu.”
Saudah berkata dengan suara gemetar,
“Aku berharap engkau masuk kepada ayahku dan menceritakan hal itu kepadanya.”
Dan ayahnya yang sudah tua, sedang
duduk-duduk santai. Khaulah memberinya salam, lalu si ayah berkata, “Apakah kau
datang melamar pagi-pagi, siapakah dirimu?”
“Saya Khaulah binti Hakim,” jawabnya.
Lalu ayah Saudah menyambutnya.
Kemudian Khaulah berkata padanya, “Sesungguhnya Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Muthalib meminang anak perempuanmu.”
Ayah Saudah berkata, “Muhammad adalah
seorang yang mulia. Lalu apa yang dikatakan oleh sahabatmu (Rasulullah)?”
“Dia menyukai hal itu,” jawab Khaulah.
Kemudian ayah Saudah berkata, “Sampaikan
padanya (Muhammad) agar datang ke sini!”
Kemudian Rasulullah SAW datang padanya
dan menikahi Saudah.
Dari Ibnu Abbas diceritakan bahwa Nabi
SAW meminang Saudah yang sudah mempunyai lima anak atau enam anak yang masih
kecil-kecil. Saudah berkata, “Demi Allah, tidak ada hal yang dapat menghalangi
diriku untuk menerima dirimu, sedang kau adalah sebaik-baik orang yang paling
aku cintai. Tapi aku sangat memuliakanmu agar dapat menempatkan mereka,
anak-anakku yang masih kecil, berada di sampingmu pagi dan malam.”
Rasulullah SAW berkata padanya,
“Semoga Allah menyayangi kau, sesungguhnya sebaik-baik wanita adalah mereka
yang menunggangi unta, sebaik-baik wanita Quraisy adalah yang bersikap lembut
terhadap anak di waktu kecilnya dan merawatnya untuk pasangannya dengan
tangannya sendiri.”
Pernikahan Nabi SAW dengan Saudah
dilaksanakan pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh kenabian dan setelah kematian
Khadijah di Makkah. Dikatakan dalam riwayat lain tahun kedelapan Hijrah dengan
mahar sekitar 400 dirham. Rasulullah kemudian mengajaknya berhijrah ke Madinah.
Setelah Saudah semakin tua, dia
mengetahui kedudukan Aisyah di mata Rasulullah. Dia berkata, “Wahai Rasulullah,
aku memberikan jatah satu hari untukku pada Aisyah, agar engkau dapat
bersamanya dalam satu hari itu.”
Ketika bersama Saudah, Nabi menerima
ayat tentang hijab dan hal itu dikarenakan istri-istri Nabi SAW keluar pada
malam hari menuju ke dataran tinggi di bukit-bukit. Kemudian Umar bin
Al-Khathab berkata pada Nabi SAW, “Wahai Nabi, berilah perintah agar istri-istrimu
berhijab.”
Namun, tidak jua Nabi melakukan apa
yang disarankan Umar. Kemudian ketika Saudah keluar pada malam hari untuk
menunaikan makan malam, dan dia adalah seorang wanita yang cukup tinggi.
Kemudian Umar memanggilnya dan berkata, “Wahai Saudah, sekarang kami tahu itu
engkau untuk memberi motivasi agar memanjangkan hijab yang kau kenakan.”
Kemudian Allah menurunkan ayat hijab.
Saudah dikenal sebagai orang yang suka
bersedekah. Umar bin Khathab pernah mengirim sekantung penuh dengan dirham padanya.
Kemudian Saudah bertanya, “Apa ini?”
Mereka berkata, “Dirham yang banyak.”
Lalu Saudah berkata, “Dalam kantung
seperti setandang kurma, wahai jariyah, yakinkan diriku.” Kemudian dia
membagi-bagikan dirham tadi.
Aisyah berkata, “Bahwa sebagian isteri-isteri
Nabi SAW berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah di antara kami yang paling cepat
menyusulmu ?” Nabi SAW menjawab, “Yang terpanjang tangannya di antara kalian.”
Kemudian mereka mengambil tongkat untuk mengukur tangan mereka. Ternyata,
Saudah adalah orang yang terpanjang tangannya di antara mereka. Kemudian kami
mengetahui, bahwa maksud dari panjang tanganya adalah suka sedekah. Saudah
memang suka memberi sedekah dan dia yang paling cepat menyusul Rasulullah di
antara kami.” (HR Syaikhain dan Nasai)
Saudah juga memiliki akhlak yang
terpuji. Aisyah, Ummul Mukminin, pernah berkata, “Tiada seorang pun yang lebih
aku kagumi tentang perilakunya selain Saudah binti Zam’ah yang sungguh hebat.”
Saudah meriwayatkan sekitar lima
hadits dari Rasulullah SAW. Dan beberapa sahabat turut meriwayatkan darinya
seperti, Abdullah bin Abbas, Yahya bin Abdullah bin Abdurrahman bin Sa’ad bin
Zarah Al-Anshari. Abu Daud dan Nasa’i juga menggunakan periwayatan darinya.
Saudah wafat di Madinah pada bulan
Syawal tahun 54, pada masa kekhalifahan Muawiyah.
Ketika mendengar Saudah meninggal
dunia Ibnu Abbas bersujud. “Rasulullah SAW berkata, bila kau melihat suatu
ayat, maka bersujudlah kalian, dan ayat yang paling agung daripada emas adalah
para istri Nabi SAW,” kata Ibnu Abbas.
(Sumber : republika.co.id)
#SPUBerbagi
0 comments:
Post a Comment