Dalam setiap acara walimah pengantin,
selalu ada doa dan tausiyah terkait kesakinahan keluarga yang segera dibangun.
Tausiyah dan doa ini sangat penting karena di samping merupakan orientasi dan
tujuan hendak kemana keluarga akan dilabuhkan untuk menuju pantai kebahagiaan,
juga capaian amal shaleh terbaik yang mungkin dapat dilakukan dengan
dikondisikan keluarga dalam kesakinahannya.
Saat ini banyak terjadi keluarga mulai tidak lagi peduli dengan sungguh-sungguh akan keberlangsungan sebuah keluarga yang sakinah. Yang sering kita temui adalah keluarga yang sangat mekanis, yang mempraktekkan dan memperlakukan keluarga sekedar mengukur kerja-kerja dan fungsi-fungsinya dengan nilai material tanpa memperhatikan ruh dan nilai dien dalam keluarga.Sehingga kita melihat keluarga pada zaman modern ini yang kering dari sentuhan-sentuhan kesantunan, keakraban, perhatian dan penghargaan. Cukuplah keluarga dengan alat-alat komunikasi canggih dalam ruangan, makanan dan minuman yang lezat yang mudah dipesan dan instan, baju dan sepatu dengan merek dan harga mahal buatan luar negeri, mobil mewah yang parkir berderet-deret. Katanya sederhana, “ Dengan uang, apa yang tidak bisa dibeli dan datang dengan segera tanpa harus repot-repot membuatnya sendiri atau menyiapkannya yang banyak menghabiskan waktu dan sumber daya?”
Inilah potret sebagian keluarga modern saat ini. Tidak dijumpai sentuhan untuk saling tolong-menolong, pembelajaran antar anggota keluarga, penghargaan atas prestasi sekecil apapun buah tangan dari anak-anak kita, pembiasaan untuk kerja-kerja mandiri, dan terpenting adalah melatih semua anggota keluarga untuk lebih menghargai setiap prestasi pendahulunya dalam mengajarkan kepada kita kebaikan dan keterampilan hidup. Pendeknya, pola hidup yang mengarah kepada individualis, hedonis dan tentunya sangat materialistik.
Apa arti sakinah dalam keluarga?
Saat ini banyak terjadi keluarga mulai tidak lagi peduli dengan sungguh-sungguh akan keberlangsungan sebuah keluarga yang sakinah. Yang sering kita temui adalah keluarga yang sangat mekanis, yang mempraktekkan dan memperlakukan keluarga sekedar mengukur kerja-kerja dan fungsi-fungsinya dengan nilai material tanpa memperhatikan ruh dan nilai dien dalam keluarga.Sehingga kita melihat keluarga pada zaman modern ini yang kering dari sentuhan-sentuhan kesantunan, keakraban, perhatian dan penghargaan. Cukuplah keluarga dengan alat-alat komunikasi canggih dalam ruangan, makanan dan minuman yang lezat yang mudah dipesan dan instan, baju dan sepatu dengan merek dan harga mahal buatan luar negeri, mobil mewah yang parkir berderet-deret. Katanya sederhana, “ Dengan uang, apa yang tidak bisa dibeli dan datang dengan segera tanpa harus repot-repot membuatnya sendiri atau menyiapkannya yang banyak menghabiskan waktu dan sumber daya?”
Inilah potret sebagian keluarga modern saat ini. Tidak dijumpai sentuhan untuk saling tolong-menolong, pembelajaran antar anggota keluarga, penghargaan atas prestasi sekecil apapun buah tangan dari anak-anak kita, pembiasaan untuk kerja-kerja mandiri, dan terpenting adalah melatih semua anggota keluarga untuk lebih menghargai setiap prestasi pendahulunya dalam mengajarkan kepada kita kebaikan dan keterampilan hidup. Pendeknya, pola hidup yang mengarah kepada individualis, hedonis dan tentunya sangat materialistik.
Apa arti sakinah dalam keluarga?
Istilah “sakinah” digunakan Al-Qur'an
untuk menggambarkan kenyamanan keluarga. Istilah ini memiliki akar kata yang
sama dengan “sakanun” yang berarti tempat tinggal. Jadi, mudah dipahami memang
jika istilah itu digunakan Al-Qur'an untuk menyebut tempat berlabuhnya setiap
anggota keluarga dalam suasana yang nyaman dan tenang, sehingga menjadi lahan
subur untuk tumbuhnya cinta kasih (mawaddah wa rahmah) di antara sesama
anggotanya.
Al-Qur'an juga menggambarkan hubungan insting dan perasaan di antara kedua pasangan suami-istri sebagai salah satu dari tanda-tanda kebesaran Allah dan nikmat yang tidak terhingga dari-Nya. Allah SWT berfirman :“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS ar-Rum:21).
Pada umumnya, para ulama menafsirkan rahmah sebagai bentuk kasih sayang yang wujudnya lebih dalam dari sekedar cinta.Ia terwujud dalam sikap suami yang melindungi, mengayomi, dan tidak ingin isterinya mendapat celaka dan gangguan. Dengan demikian, perasaan pertama yang muncul pada diri seorang suami pada isterinya adalah sakinah (ketenangan) saat berada di sisinya. Kemudian ia melahirkan perasaan cinta, dan pada tahap selanjutnya sikap kasih sayang.Sikap kasih sayang inilah yang membuat suami isteri tetap akur dan harmonis sampai pada usia senja meski dorongan syahwat dan cinta sudah melemah.
Kecenderungan dan rasa tentram suami kepada istri dan kelengketan istri dengan suaminya merupakan hal yang bersifat fitrah dan sesuai dengan instingnya. Ayat ini merupakan pondasi kehidupan yang diliputi suasana perasaan yang demikian sejuk.Isteri ibarat tempat suami bernaung, setelah perjuangannya seharian demi mendapatkan sesuap nasi, dan mencari penghiburnya setelah dihinggapi rasa letih dan penat. Dan, pada putaran akhirnya, semua keletihannya itu ditumpahkan ke tempat bernaung ini. Ya, kepada sang istri yang harus menerimanya dengan penuh rasa suka, wajah yang ceria dan senyum. Ketika itulah, sang suami mendapatkan darinya telinga yang mendengar dengan baik, hati yang penuh asih dan tutur kata yang lembut.
Di bawah naungan ajaran Islam, kedua pasangan suami istri menjalani hidup mereka dalam kesenyawaan dan kesatuan dalam segala hal; kesatuan perasaan, kesatuan hati dan dorongan, kesatuan cita-cita dan tujuan akhir hidup dan lain-lain. Di antara keagungan al-Qur'an dan kesempurnaannya, kita melihat semua makna tersebut, baik yang sempat terhitung atau pun tidak, tercermin pada satu ayat al-Qur'an, yaitu:“Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (QS al-Baqarah:187)
Ketika sakinah gonjang ganjing?
Al-Qur'an juga menggambarkan hubungan insting dan perasaan di antara kedua pasangan suami-istri sebagai salah satu dari tanda-tanda kebesaran Allah dan nikmat yang tidak terhingga dari-Nya. Allah SWT berfirman :“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS ar-Rum:21).
Pada umumnya, para ulama menafsirkan rahmah sebagai bentuk kasih sayang yang wujudnya lebih dalam dari sekedar cinta.Ia terwujud dalam sikap suami yang melindungi, mengayomi, dan tidak ingin isterinya mendapat celaka dan gangguan. Dengan demikian, perasaan pertama yang muncul pada diri seorang suami pada isterinya adalah sakinah (ketenangan) saat berada di sisinya. Kemudian ia melahirkan perasaan cinta, dan pada tahap selanjutnya sikap kasih sayang.Sikap kasih sayang inilah yang membuat suami isteri tetap akur dan harmonis sampai pada usia senja meski dorongan syahwat dan cinta sudah melemah.
Kecenderungan dan rasa tentram suami kepada istri dan kelengketan istri dengan suaminya merupakan hal yang bersifat fitrah dan sesuai dengan instingnya. Ayat ini merupakan pondasi kehidupan yang diliputi suasana perasaan yang demikian sejuk.Isteri ibarat tempat suami bernaung, setelah perjuangannya seharian demi mendapatkan sesuap nasi, dan mencari penghiburnya setelah dihinggapi rasa letih dan penat. Dan, pada putaran akhirnya, semua keletihannya itu ditumpahkan ke tempat bernaung ini. Ya, kepada sang istri yang harus menerimanya dengan penuh rasa suka, wajah yang ceria dan senyum. Ketika itulah, sang suami mendapatkan darinya telinga yang mendengar dengan baik, hati yang penuh asih dan tutur kata yang lembut.
Di bawah naungan ajaran Islam, kedua pasangan suami istri menjalani hidup mereka dalam kesenyawaan dan kesatuan dalam segala hal; kesatuan perasaan, kesatuan hati dan dorongan, kesatuan cita-cita dan tujuan akhir hidup dan lain-lain. Di antara keagungan al-Qur'an dan kesempurnaannya, kita melihat semua makna tersebut, baik yang sempat terhitung atau pun tidak, tercermin pada satu ayat al-Qur'an, yaitu:“Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (QS al-Baqarah:187)
Ketika sakinah gonjang ganjing?
Membangun sakinah dalam keluarga,
memang tidak mudah.Ia merupakan bentangan proses yang sering menemui badai.
Untuk menemukan formulanya pun bukan hal yang sederhana.Kasus-kasus keluarga
yang terjadi di sekitar kita dapat menjadi pelajaran penting dan menjadi motif
bagi kita untuk berusaha keras mewujudkan indahnya keluarga sakinah di rumah
kita.
Ketika seseorang tersedu mengeluhkan sepenggal kalimat, “Suami saya akhir-akhir ini jarang pulang”, tidak sulit kita cerna maksud utama kalimatnya. Sebab, kita menemukan banyak kasus yang hampir sama, atau bahkan persis sama, dengan kasus yang menimpa wanita pengungkap penggalan kalimat tadi.
Penggalan kalimat di atas bukan satu-satunya masalah yang banyak dikeluhkan istri.Masih banyak. Tapi kalau ditelusuri akar masalahnya sama: “Tidak tahan menghadapi godaan”. Godaan itu bisa datang kepada suami, bisa juga menggedor jagat batin istri. Karena godaan itu pula, siapa pun bisa membuat seribu satu alasan. Ada yang mengatakannya sudah tidak harmonis, tidak bisa saling memahami, ingin mendapat keturunan, atau tidak pernah cinta.
Apa yang harus dilakukan ketika sakinah meluntur seperti ini?
Ketika seseorang tersedu mengeluhkan sepenggal kalimat, “Suami saya akhir-akhir ini jarang pulang”, tidak sulit kita cerna maksud utama kalimatnya. Sebab, kita menemukan banyak kasus yang hampir sama, atau bahkan persis sama, dengan kasus yang menimpa wanita pengungkap penggalan kalimat tadi.
Penggalan kalimat di atas bukan satu-satunya masalah yang banyak dikeluhkan istri.Masih banyak. Tapi kalau ditelusuri akar masalahnya sama: “Tidak tahan menghadapi godaan”. Godaan itu bisa datang kepada suami, bisa juga menggedor jagat batin istri. Karena godaan itu pula, siapa pun bisa membuat seribu satu alasan. Ada yang mengatakannya sudah tidak harmonis, tidak bisa saling memahami, ingin mendapat keturunan, atau tidak pernah cinta.
Apa yang harus dilakukan ketika sakinah meluntur seperti ini?
Para ulama berpendapat, bahwa cara
mengembalikan kembali sakinah yang luntur adalah : Pertama, bersyukur dan memantapkan takwa kepada Allah. Bahwa
bangunan keluarga merupakan amanah dari Allah swt. Dengan cara mendekatkan diri
kepada-Nya sajalah ketenteraman dan rasa syukur atas nikmat Allah swt. berupa
keluarga juga dapat di refresh kembali. Keluarga adalah amanah artinya
kebaikan dan keharmonisannya adalah tanggungjawab semua anggota keluarga
terutama si nahkoda-nya,yakni suami. Amanah ini harus terjamin dapat
dipertanggungjawabkan di-sisi Allah swt. secara tuntas.
Kedua, berdoa selalu kepada Allah agar diberi sakinah. mawaddah, dan rahmah tadi. Dia-lah pemilik hati; yang mampu membolak-balikan hati dan perasaan manusia, yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Jangan lupa mendoakan pasangan kita menjelang tidur sambil mengecup kening atau memeluknya. Selalu optimis dengan pertolongan Allah SWT dan berhusnudzan kepada-Nya.
Ketiga, berusahalah mengerti segi-segi psikologis lawan jenis.Ada sifat tertentu dari pria maupun wanita yang dapat ditangani sejak awal. Misalnya, kaum pria umumnya merasa dirinya penting.Suka dipuji dan diberi semangat.Banyak wanita melakukan kesalahan menyepelekan suami, bukannya membiarkan mereka merasa paling penting dalam keluarga.Umumnya wanita tidak ingin mendominasi pria. Kebanyakan justru lebih suka memperlakukan suaminya sebagai pelindung.Ada beberapa hal dalam diri wanita yang tidak diketahui pria.Umumnya mereka ingin diperlakukan sebagai kekasih dan sekali waktu ingin dipuji.Memberikan perlindungan tidak cukup hanya dalam hal materi. Istri juga ingin tetap dicintai dan dianggap ikut andil dalam kesuksesan suami
Keempat, kerjasama dan penghargaan.Perkawinan merupakan kerja sama antara suami-istri, bukan bersaing untuk menunjukkan siapa yang lebih unggul. Pribadi pasangan kita tidak bisa diubah sesuai dengan keinginan kita.Dalam kenyataan, masing-masing tetap merupakan individu unik yang memiliki pikiran bebas dan mempunyai hak atas dirinya.
Kelima, jujur dan terbuka. Selalu berlaku jujur dan benar karena ia merupakan mata uang yang kekal dan tetap berharga dimanapun ia berada. Jangan suka sembunyi-sembunyi (jawa: slintutan) dan selingkuh dalam segala bentuknya . Yakinlah bahwa segala bentuk kepalsuan dan dusta akan segera terkuak dan terbongkar. Hari ini atau besoknya atau lusanya... Terbukalah maka semua akan merasa nyaman dan dihargai (jawa : diwongke). Perilaku benar akan menuntun kepada kebaikan dan dicintai Allah swt. Rasul-Nya dan orang-orang yang sholeh. Sebaliknya kebohongan dan kepalsuan akan menuntun kepada kehancuran dan kerugian yang berkepanjangan. Tidak ada ketenangan dan selalu dalam kebimbangan.
Keenam, rileks dan jangan pelit canda dan pujian. Ajak keluarga untuk rekreasi untuk menghilangkan penat dipikiran dan hati. Agar tubuh menjadi lebih segar dalam suasana baru dan setelah itu berlakukan seperti ketika pengantin baru lagi. Tetaplah bergurau yang tidak berlebihan dan pujian yang ikhlas karena banyaknya kebaikan yang telah kita peroleh dari pasangan kita.Jangan kaku dan seolah-olah antara satu dengan lainnya seperti majikan dan buruh, yang terjadi hanyalah kalimat perintah dan amarah ketika tidak diindahkan perintah dan saat hasil pekerjaannya yang jelek.
(Sumber : Ustadz Drs. H. Kasori Mujahid, M.Ag – majalah.nurhidayahsolo.com)
Kedua, berdoa selalu kepada Allah agar diberi sakinah. mawaddah, dan rahmah tadi. Dia-lah pemilik hati; yang mampu membolak-balikan hati dan perasaan manusia, yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Jangan lupa mendoakan pasangan kita menjelang tidur sambil mengecup kening atau memeluknya. Selalu optimis dengan pertolongan Allah SWT dan berhusnudzan kepada-Nya.
Ketiga, berusahalah mengerti segi-segi psikologis lawan jenis.Ada sifat tertentu dari pria maupun wanita yang dapat ditangani sejak awal. Misalnya, kaum pria umumnya merasa dirinya penting.Suka dipuji dan diberi semangat.Banyak wanita melakukan kesalahan menyepelekan suami, bukannya membiarkan mereka merasa paling penting dalam keluarga.Umumnya wanita tidak ingin mendominasi pria. Kebanyakan justru lebih suka memperlakukan suaminya sebagai pelindung.Ada beberapa hal dalam diri wanita yang tidak diketahui pria.Umumnya mereka ingin diperlakukan sebagai kekasih dan sekali waktu ingin dipuji.Memberikan perlindungan tidak cukup hanya dalam hal materi. Istri juga ingin tetap dicintai dan dianggap ikut andil dalam kesuksesan suami
Keempat, kerjasama dan penghargaan.Perkawinan merupakan kerja sama antara suami-istri, bukan bersaing untuk menunjukkan siapa yang lebih unggul. Pribadi pasangan kita tidak bisa diubah sesuai dengan keinginan kita.Dalam kenyataan, masing-masing tetap merupakan individu unik yang memiliki pikiran bebas dan mempunyai hak atas dirinya.
Kelima, jujur dan terbuka. Selalu berlaku jujur dan benar karena ia merupakan mata uang yang kekal dan tetap berharga dimanapun ia berada. Jangan suka sembunyi-sembunyi (jawa: slintutan) dan selingkuh dalam segala bentuknya . Yakinlah bahwa segala bentuk kepalsuan dan dusta akan segera terkuak dan terbongkar. Hari ini atau besoknya atau lusanya... Terbukalah maka semua akan merasa nyaman dan dihargai (jawa : diwongke). Perilaku benar akan menuntun kepada kebaikan dan dicintai Allah swt. Rasul-Nya dan orang-orang yang sholeh. Sebaliknya kebohongan dan kepalsuan akan menuntun kepada kehancuran dan kerugian yang berkepanjangan. Tidak ada ketenangan dan selalu dalam kebimbangan.
Keenam, rileks dan jangan pelit canda dan pujian. Ajak keluarga untuk rekreasi untuk menghilangkan penat dipikiran dan hati. Agar tubuh menjadi lebih segar dalam suasana baru dan setelah itu berlakukan seperti ketika pengantin baru lagi. Tetaplah bergurau yang tidak berlebihan dan pujian yang ikhlas karena banyaknya kebaikan yang telah kita peroleh dari pasangan kita.Jangan kaku dan seolah-olah antara satu dengan lainnya seperti majikan dan buruh, yang terjadi hanyalah kalimat perintah dan amarah ketika tidak diindahkan perintah dan saat hasil pekerjaannya yang jelek.
(Sumber : Ustadz Drs. H. Kasori Mujahid, M.Ag – majalah.nurhidayahsolo.com)
#SPUBerbagi
0 comments:
Post a Comment