Seorang prajurit mendapat perintah dari
Sang Raja untuk masuk ke sebuah gua dan menetap beberapa lama di sana sampai
ada perintah lagi dari baginda untuk kembali menghadapnya. Tentu saja sang
prajurit amat gelisah dan khawatir karena dia harus berangkat seorang diri.,
tidak ditemani prajurit lainnya. Jujur dia akui, dia tidak sanggup berangkat
sendirian, tetapi dia pun tidak mungkin membantah perintah raja.
Sang prajurit meminta tolong kepada
sahabat yang paling disayanginya. Namun, sahabatnya menolak secara tegas.
Menyesal ia telah mengasihinya habis-habisan. Dalam galau, ia datangi sahabat
yang kedua. Akan tetapi, sahabat kedua pun tak mau menemaninya. Dia hanya siap
mengantar sampai mulut gua. Sang prajurit tertunduk. Dua sahabat yang dicintainya
tidak mau menolongnya. Pualanglah sang prajurit dengan hati yang luka.
Saat harapan dan semangatnya mulai
sirna, dia ingat sahabat ketiganya. Sahabat yang jarang ditengok dan jarang
berkomunikasi. Ia lalu menemuinya. Sungguh diluar dugaan, justru dialah yang
mau mengantar bahkan menemaninya hingga datang perintah dari Sang Raja untuk
kembali. Berangkatlah keduanya ke gua dan menetap di dalamnya hingga datang
panggilan dari Sang Raja.
Tahukah siapakah prajurit itu ? Dia
adalah kita, manusia yang mendapat perintah Allah (Raja) untuk memasuki lubang
kubur (gua) hingga kita dipanggil lagi, dibangkitkan kembali untuk berkumpul di
Padang Mahsyar. Diminta pertanggungjawaban di Yaumil Jazaa. “Siapa pun yang
berbuat baik meskipun hanya sekecil atom (pada hari itu) dia akan mengetahuinya
dan siapa pun yang mengerjakan kesalahan sekecil apapun (pada hari itu dia akan
melihatnya pula).” (QS. 9 : 7-8)
Lalu, siapakah ketiga sahabat itu ?
Sahabat pertama adalah harta kekayaan dan perhiasan dunia lainnya. Dia sangat
kita cintai, kita pertaruhkan harga diri, kehormatan, nyawa demi dia, tetapi
tidak akan mengantar kita ke dalam kubur.
Sahabat kedua adalah keluarga. Mereka
kita cintai, kita sayangi, kita bela, tetapi hanya akan mengantar hingga
pemakaman. Melihat kita dikubur.
“Dihiasi kehidupan manusia dengan
syahwat (hasrat, kecintaan) terhadap wanita (lawan jenis), anak-anak,
gemerlapnya perhiasan dari emas dan perak, kendaraan yang bagus dan mewah,
bintang peliharaan dan kepemilikan tanah. Semua ini merupakan perhiasan dunia.
Di sisi Allah ada tempat kembali yang lebih indah.” (QS. 3:14)
Sahabat ketiga adalah amal ibadah,
shodaqoh jariyah, ilmu yang bermafaat dan doa anak-anak sholeh/sholehah. Semua ini
sering kita abaikan, sering kita lupakan.
Kanjeng Nabi Muhammad saw mengingatkan
kita, “Jika keturunan Adam mati, maka terputus semua amalannya, kecuali tiga
hal : sedekah/kebaikan yang manfaatnya terus mengalir, ilmu yang dimanfaatkan
oleh orang lain, dan anak sholeh/sholehah yan setiap saat mendoakanmu.”
Itulah sahabat ketiga yang akan
mengantarkan dan menemani kita selama di alam barzah serta akan menjadi saksi
yang meringankan sekaligus menjadi tim pembela saat kita menghadapi persidangan
di mahkamah Allah.
Wallahu’alam.
(Sumber : Nana Sukmana – Pikiran Rakyat)
#SPUBerbagi
0 comments:
Post a Comment