Thursday, 28 May 2015



Seorang prajurit mendapat perintah dari Sang Raja untuk masuk ke sebuah gua dan menetap beberapa lama di sana sampai ada perintah lagi dari baginda untuk kembali menghadapnya. Tentu saja sang prajurit amat gelisah dan khawatir karena dia harus berangkat seorang diri., tidak ditemani prajurit lainnya. Jujur dia akui, dia tidak sanggup berangkat sendirian, tetapi dia pun tidak mungkin membantah perintah raja.

Sang prajurit meminta tolong kepada sahabat yang paling disayanginya. Namun, sahabatnya menolak secara tegas. Menyesal ia telah mengasihinya habis-habisan. Dalam galau, ia datangi sahabat yang kedua. Akan tetapi, sahabat kedua pun tak mau menemaninya. Dia hanya siap mengantar sampai mulut gua. Sang prajurit tertunduk. Dua sahabat yang dicintainya tidak mau menolongnya. Pualanglah sang prajurit dengan hati yang luka.

Saat harapan dan semangatnya mulai sirna, dia ingat sahabat ketiganya. Sahabat yang jarang ditengok dan jarang berkomunikasi. Ia lalu menemuinya. Sungguh diluar dugaan, justru dialah yang mau mengantar bahkan menemaninya hingga datang perintah dari Sang Raja untuk kembali. Berangkatlah keduanya ke gua dan menetap di dalamnya hingga datang panggilan dari Sang Raja.

Tahukah siapakah prajurit itu ? Dia adalah kita, manusia yang mendapat perintah Allah (Raja) untuk memasuki lubang kubur (gua) hingga kita dipanggil lagi, dibangkitkan kembali untuk berkumpul di Padang Mahsyar. Diminta pertanggungjawaban di Yaumil Jazaa. “Siapa pun yang berbuat baik meskipun hanya sekecil atom (pada hari itu) dia akan mengetahuinya dan siapa pun yang mengerjakan kesalahan sekecil apapun (pada hari itu dia akan melihatnya pula).” (QS. 9 : 7-8)

Lalu, siapakah ketiga sahabat itu ? Sahabat pertama adalah harta kekayaan dan perhiasan dunia lainnya. Dia sangat kita cintai, kita pertaruhkan harga diri, kehormatan, nyawa demi dia, tetapi tidak akan mengantar kita ke dalam kubur.

Sahabat kedua adalah keluarga. Mereka kita cintai, kita sayangi, kita bela, tetapi hanya akan mengantar hingga pemakaman. Melihat kita dikubur.

“Dihiasi kehidupan manusia dengan syahwat (hasrat, kecintaan) terhadap wanita (lawan jenis), anak-anak, gemerlapnya perhiasan dari emas dan perak, kendaraan yang bagus dan mewah, bintang peliharaan dan kepemilikan tanah. Semua ini merupakan perhiasan dunia. Di sisi Allah ada tempat kembali yang lebih indah.” (QS. 3:14)

Sahabat ketiga adalah amal ibadah, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermafaat dan doa anak-anak sholeh/sholehah. Semua ini sering kita abaikan, sering kita lupakan.

Kanjeng Nabi Muhammad saw mengingatkan kita, “Jika keturunan Adam mati, maka terputus semua amalannya, kecuali tiga hal : sedekah/kebaikan yang manfaatnya terus mengalir, ilmu yang dimanfaatkan oleh orang lain, dan anak sholeh/sholehah yan setiap saat mendoakanmu.”

Itulah sahabat ketiga yang akan mengantarkan dan menemani kita selama di alam barzah serta akan menjadi saksi yang meringankan sekaligus menjadi tim pembela saat kita menghadapi persidangan di mahkamah Allah.
Wallahu’alam.

(Sumber : Nana Sukmana – Pikiran Rakyat)
#SPUBerbagi
  

0 comments:

Post a Comment