dakwatuna.com – Shalat Jum’at baru saja usai ditunaikan. Pak Yunus seperti
biasa masih berada dalam masjid bersama beberapa bapak yang lain. Tiba-tiba,
baru saja selesai berdzikir, Pak Daud menghampiri Pak Yunus: menepuk pundak Pak
Yunus lantas berjabat tangan. Ya, Pak Yunus dan Pak Daud sudah berteman sejak
lama semenjak dipertemukan dalam satu pengajian.
“Gimana kabarnya Pak?” sapa Pak
Daud.
“Alhamdulillah baik. Bapak sendiri
gimana?” balas Pak Yunus.
“Alhamdulillah.. (terdiam sebentar).
Ngomong-ngomong, masih sendirian aja nih Pak?” Pak Daud melempar pertanyaan
gurauan yang selama ini sering diajukannya.
Pak Yunus hanya tersenyum seperti
biasanya jika ditanya hal itu.
Semenjak istri Pak Yunus meninggal
dunia beberapa tahun lalu, Pak Yunus menjalani hari-harinya tanpa pendamping.
Usianya yang sudah kepala 6 pula yang sepertinya menjadi salah satu keputusan
untuk tak ingin menikah lagi. Ketiga anaknya yang telah berkeluarga membuat Pak
Yunus semakin kesepian. Ya, sebagai seorang laki-laki, terkadang perasaan
membutuhkan seorang pendamping di hari tua, juga dialami oleh Pak Yunus.
Banyak teman di sekitar Pak Yunus
yang menyarankan untuk menikah lagi, termasuk Pak Daud.
***
1 Syawal 1430 H
“Hei, saudara-saudara, Tasya mau
nikah 2011 nanti..”, Mira, menantu Pak Daud, tiba-tiba berteriak di ruang
tengah saat kumpul keluarga besar Pak Daud.
Spontan, saudara-saudara yang lain
langsung bertanya ke yang bersangkutan, Tasya, anak bungsu Pak Daud.
“Bener Sya?”
“Bener ka Tasya?”
Tasya hanya menanggapi
pertanyaan-pertanyaan itu dengan senyuman, sambil berkata: “Itu hanya rencana
pribadi. Belum tau rencana ALLAH nantinya..”
Di sisi lain, Tante Yeni hanya
terdiam, dan tersenyum yang cukup dipaksakan. Tante Yeni adalah adik perempuan
Pak Daud yang belum juga bersuami di usianya yang menjelang kepala 5.
Tasya menangkap semburat yang tidak
mengenakkan ketika melihat wajah tante Yeni. Tasya sadar dan merasakan apa yang
tante Yeni rasakan: keponakannya sudah merencanakan akan menikah, sementara
dirinya?? Mungkin hal itulah yang ada di pikiran tante Yeni, pikir Tasya.
Tante Yeni memang belum menikah
hingga saat ini, yang mungkin seharusnya sudah saatnya mempunyai anak atau
bahkan menimang cucu. Tapi, ya itulah jodoh. Tante Yeni bisa dibilang belum
menemukan jodohnya hingga saat ini.
Apakah karena masalah kecantikan?
Ooohh, tentu tidak! Tante Yeni cukup cantik dengan kulit putihnya. Apakah
karena agamanya? Oooohh, jangan salah, tante Yeni adalah wanita yang sangat menjaga
qiyamullail. Apakah karena hartanya? Ooohh, tentu saja tante Yeni cukup mandiri
untuk menghidupi dirinya walaupun tanpa pekerjaan tetap, yang penting tetap
berpenghasilan. Apakah karena keturunannya? Ooohh, tante Yeni adalah keturunan
terhormat, dari bapak yang seorang kepala sekolah. Lantas, apa yang membuatnya
hingga saat ini belum juga menikah??
Ya, itulah misteri jodoh. Kita tak
‘kan pernah tahu kapan datangnya, dan kita tak kan pernah tahu dengan siapa
kita berjodoh. Kita hanya bisa menanti, berusaha, berdoa dan terus memperbaiki
diri.
***
Seperti Jum’at biasanya, beberapa
bapak masih berdzikir di dalam masjid usai shalat Jum’at, termasuk Pak Yunus
dan Pak Daud. Pak Yunus menghampiri Pak Daud yang sedang berada di pojok
masjid.
“Assalamu’alaikum, Pak..” sapa Pak
Yunus sambil menjabat tangan Pak Daud.
“Wa’alaikumusalam..” jawab Pak Daud
hangat.
Pak Yunus menyampaikan maksudnya; ia
ingin menikah lagi dan ingin mencoba berkenalan dengan adik perempuan Pak Daud,
tante Yeni.
Pak Daud dengan senang hati menerima
tawaran itu dan mengabarkan hal ini kepada adiknya, tante Yeni. Tante Yeni pun
mengiyakan; hal ini yang tentunya sangat dinantikan tante Yeni.
Pertemuan pertama pun sudah diatur
oleh Pak Daud. Pak Daud menemani Pak Yunus untuk berkunjung ke rumah orangtua
Pak Daud, yang tak lain dan tak bukan adalah tempat tinggal tante Yeni. Mereka
berbincang dan berkenalan lebih dalam.
Pertemuan demi pertemuan dilakukan.
Tak ada jalan berdua, selalu ada yang menemani, layaknya ta’aruf pada umumnya.
Hanya ada 4 kali pertemuan dan kedua belah pihak keluarga juga menyetujui,
termasuk anak-anak Pak Yunus. Akhirnya khitbah pun dilangsungkan.
***
Keluarga besar Pak Daud telah
berkumpul sejak pagi di rumah orangtua Pak Daud. Hari ini akan ada pertemuan
dua keluarga: keluarga Pak Yunus dan keluarga tante Yeni.
Di sela-sela persiapan khitbah,
Tasya menemani tante Yeni di kamarnya dan bermaksud mendapatkan cerita yang
menarik dari proses ini. Proses menuju pernikahan seorang gadis berumur 40-an
dengan duda berumur 60-an, sungguh kisah yang unik.
“Gimana tante perasaannya?” tanya
Tasya to the point.
“Yaaaa, gak nyangka aja. Padahal
kamu yang udah ngerencanain nikah, sedangkan tante gak punya rencana apa-apa.
Tapi ternyata sekarang tante mau dilamar..”, jawab tante Yeni sumringah.
“Ya, gitu deh kalo udah rencana
ALLAH. Aku juga itu baru rencana pribadi. Gak tau deh ke depannya gimana.
Mungkin bisa dipercepat atau diperlambat sama ALLAH dari rencanaku” Tasya
semakin bijak dalam kata-kata.
“Iya, padahal kan tante udah hampir
50 umurnya. Tapi ternyata emang baru saat ini ALLAH memberikan jodoh itu. Nggak
tau kenapa pas sama Pak Yunus, terasa dimudahin banget prosesnya, cuma 4 kali
ketemuan. Pas ketemuan 2 kali, dia sms kalo mantap dengan pilihannya. Pas
ketemu sama anak-anaknya, tante juga gak merasa takut, biasa aja. Ya, tante mah
berdoa aja sama ALLAH, jika memang ini yang terbaik maka dekatkanlah dan
mudahkanlah, dan jika memang bukan terbaik untukku, maka jauhkanlah dengan
baik-baik. Alhamdulillah, proses itu dimudahkan dan hati tante pun mantap”,
cerita panjang tante Yeni begitu membuat Tasya terperangah.
“Semoga lancar ya Tan, ke
depannya..” Tasya menguatkan tante Yeni, sambil bersiap menuju ruang keluarga
karena sudah banyak yang menunggu.
***
Setelah khitbah, hari itu juga
keluarga besar tante Yeni pun berkumpul untuk membicarakan resepsi pernikahan
yang sungguh unik ini. Mulai dari membuat undangan, kepanitiaan sampai
pembagian tugas. Ya, resepsi pernikahan yang akan dilangsungkan tak jauh beda
dengan resepsi pernikahan pasangan muda pada umumnya.
***
Akad nikah yang dilangsungkan
beberapa hari setelah Hari Raya Idul Adha begitu khidmat. Undangan para anak
yatim piatu turut merasakan kebahagiaan kedua mempelai pada resepsi pernikahan.
Dan kini, doa tante Yeni terkabul sudah; menutup masa lajangnya.
***
Kisah ini terinspirasi dari kisah
nyata tanteku. Ya, dalam masa penantian menemukan jodohnya, tak sepatah katapun
kudengar dari bibirnya menyalahkan takdir, menyalahkan ALLAH yang seolah tak
berpihak padanya. Dalam masa penantian itu, dia sibukkan dirinya dengan ibadah
kepada ALLAH dan kegiatan social di lingkungannya. Hingga akhirnya, selama
penantian bertahun-tahun, puluhan tahun lamanya, teruji sudah kesabarannya, dan
ia pun mendapatkan jodoh yang insya ALLAH terbaik menurut ALLAH.
Itulah misteri jodoh. Kita tak kan
pernah tahu kapan jodoh itu datang. Manusia hanya bisa berencana. Namun,
ALLAH-lah yang berkehendak atas semuanya. Bisa saja jodoh kita datang menjadi
lebih cepat atau bahkan lebih lambat dari rencana kita sebelumnya.
Kita pun tak kan pernah tahu dengan
siapa kita berjodoh. Entah itu dengan orang yang sudah dekat dengan kita maupun
orang jauh sekalipun yang tak pernah saling bertemu. Atau bahkan kita tak
dipertemukan dengan jodoh kita di dunia ini, tapi di surga-NYA nanti. Allahu
Akbar!
Saudaraku, yakinlah bahwa ALLAH
telah menyiapkan scenario terbaik untuk kita dalam masalah jodoh. Tak perlu
khawatir. Karena ALLAH telah berkata dalam Q.S An-Nahl ayat 72:
“Dan Allah telah menjadikan
pasangan-pasangan kamu sekalian dari jenismu sendiri, lalu menjadikan anak-anak
dan cucu bagi kamu dari jodoh-jodohmu.”
Saudaraku, jangan pernah terbesit
sedikit pun bahwa ALLAH tak adil karena sampai saat ini jodoh belum juga
menghampiri. Coba introspeksi diri. Gunakan masa penantian jodoh ini dengan
terus berikhtiar, berdoa dan terus sibuk memperbaiki diri. Bukankah kita
menginginkan jodoh yang baik? Seperti yang dijanjikan-NYA dalam Q.S An-Nuur
ayat 26:
“Wanita – wanita yang keji adalah
untuk laki – laki yang keji dan laki – laki yang keji adalah untuk wanita yang
keji. Dan wanita – wanita yang baik adalah untuk laki – laki yang baik, dan
laki – laki yang baik adalah untuk wanita – wanita yang baik (pula).”
Teruntuk tanteku:
“Barakallahu Laka Wa Baraka ‘Alaika
Wa Jama’a Bainakuma Fi Khair”
0 comments:
Post a Comment