Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah
saw. bersabda :
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tetangga. Barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Penjelasan :
Hubungan
antar anggota masyarakat
Manusia hidup di dunia ini berbaur
dengan manusia lain. Satu sama lain saling berhubungan, saling membutuhkan.
Islam berusaha agar hubungan tersebut terjalin dengan baik dan benar. Hal ini
akan terealisasi jika ada adab pergaulan, seperti perkataan yang baik, menjamu
tamu dengan baik, dsb.
Membatasi
diri untuk berkata yang baik adalah tanda kesempurnaan iman seseorang
Tanda kesempurnaan iman seseorang adalah
membatasi diri berbicara yang bermanfaat, tentang urusan dunia maupun akhirat
dan hal-hal yang membawa manfaat bagi kemaslahatan masyarakat. Seorang muslim
tidak akan berbicara tentang hal yang menyakitkan orang lain dan berbuat
kerusakan, karena hal tersebut dibenci Allah swt.
Imam Ahmad meriwayatkan dalam sanadnya
dari Anas ra, bahwa Nabi saw, bersabda,”Tidak akan lurus (benar) keimanan
seseorang, sehingga hatinya lurus, dan tidak akan lurus hati seseorang sehingga
lisannya lurus.”
Ath Thabrani meriwayatkan dari Anas ra,
bahwa Nabi saw, bersabda,”Seorang hamba tidak akan mencapai hakikat iman,
sehingga ia menjaga lisannya.”
Banyak
bicara yang tidak manfaat penyebab kehancuran
Seorang muslim, jika bicara
hendaklah berpikir terlebih dahulu,
apakah ucapannya berupa kebaikan yang dapat mendatangkan pahala ataukah
keburukan yang dapat menghancurkan. Setiap lafadz yang diucapkan akan dihisab,
mendapat pahala atau siksa. Allah swt berfirman, “Tiada suatu ucapan yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
(QS. Qaf :18)
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu
Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda, “Seorang hamba mengucapkan satu kata
yang diridhai Allah swt. Ia tidak begitu memperhitungkan kata tersebut, akan
tetapi satu kata itu sangat berharga di sisi Allah. Seseorang mengucapkan satu
kata yang dibenci Allah swt. Ia tidak begitu memperhitungkan kata tersebut,
akan tetapi satu kata itu menyebabkannya masuk neraka.” (HR. Bukhari).
Hadits yang diriwayatkan Mu’adz bin
Jabal ra, “Tidaklah manusia terjerumus ke dalam neraka kecuali karena
perkataannya.”
Adab
berbicara
·
Seorang
muslim hendaknya berbicara yang mendatangkan manfaat dan tidak mengucapkan
ucapan yang tidak diperbolehkan.
“Dan
orang-orang yang menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak berguna.” (QS. Al
Mukminun : 3)
·
Tidak
banyak bicara
Banyak
bicara bisa menjerumuskan kepada hal-hal yang yang dilarang ataupun makruh.
“Janganlah
kalian banyak bicara, yang bukan dzikir kepada Allah. Karena banyak bicara,
yang bukan dzikir kepada Allah, akan membuat hati keras. Dan manusia yang
paling jauh dari Tuhannya adalah yang hatinya keras.” (HR. Tirmidzi)
Umar
ra, berkata, “Barangsiapa yang banyak bicara, tentu banyak salahnya.
Barangsiapa yang banyak salahnya, tentu banyak dosanya. Dan barangsiapa yang
banyak dosanya maka neraka lebih pantas untuknya.”
·
Wajib
berbicara ketika diperlukan, terutama untuk menjelaskan kebenaran dan amar
ma’ruf nahi munkar. Orang yang mendiamkan kebenaran pada dasarnya adalah setan
bisu.
Berlaku
baik kepada tetangga
Berbuat baik terhadap tetangga merupakan
suatu keharusan.
Allah swt berfirman, “ Dan beribadahlah
kepada Allah dan janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Berbuat baiklah
terhadap orangtua, kerabat dekat, anak yatim, oarng-orang miskin, tetangga
dekat dan tetangga jauh, teman sejawat.” (QS. An Nisa’ : 36)
Dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah
bersabda, “Jibril terus mewasiatiku perihal tetangga. Hingga saya menyangka
bahwa tetangga akan menjadi ahli waris.” (HR. Bukhari)
Menyakiti
tetangga merupakan penyakit iman yang dapat menyebabkan kehancuran
Islam mengkategorikan menyakiti tetangga
sebagai dosa besar yang akan berbuah siksa yang pedih dan merupakan penghalang
untuk mencapai kesempurnaan iman seseorang.
Ibnu Mas’ud ra, meriwayatkan bahwa
ketika Rasulullah saw ditanya tentang dosa besar, Beliau menjawab, “Menjadikan
Allah sekutu, padahal Dia yang menciptakanmu.” Beliau ditanya lagi, “Kemudian
apa?” Beliau menjawab, “Engkau membunuh anakmu, karena engkau takut ia akan makan
bersamamu,” Beliau ditanya lagi, “Lalu apa?” Beliau menjawab,”Engkau berzina
dengan istri tetanggamu,” Yakni merayu istri tetanggamu hingga ia bersedia melakukan
zina bersamamu.
Abi Syarih ra, meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw, “Demi Allah, tidak sempurna imannya,” “Demi Allah, tidak
sempurna imannya.” “Demi Allah, tidak sempurna imannya,” Rasulullah
ditanya,”Siapa yang tidak sempurn imannya, Ya Rasul?”.Rasulullah saw menjawab,
“Seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.”
Dari abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah
bersabda, “Ya Rasulullah, Fulanah selalu shalat malam dan puas di siang
harinya. Akan tetapi ia sering mencela tetangganya,” Rasulullah menjawab, “Ia
tidak baik, dan tempatnya adalah neraka.” (HR. Imam Ahmad)
Cara
berbuat baik kepada tetangga
·
Membantu
kebutuhannya
“Jangan
sampai seorang mukmin kenyang sedangkan tetangganya kelaparan.” (HR. Imam
Ahmad)
“Tidaklah
sempurna iman orang yang tidur dalam keadaan kenyang, sedangkan tetangganya
kelaparan, padahal ia mengetahui.” (HR. Hakim)
“Jika
kamu memasak masakan yang berkuah, maka banyakkanlah airnya. Lalu berilah
mereka bagian.” (HR. Imam Muslim)
·
Memberikan
sesuatu yang bermanfaat
“Jangan
sampai kamu melarang tetanggamu memasang kayu pad dindingmu.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
·
Memberi
hadiah
“Janganlah
merendahkan hadiah kepada tetangga meskipun hanya tulang yang sedikit sekali
dagingnya.” (HR. Bukhari)
Menghormati
tamu
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamu.”
“Menjamu tamu sehari semalam adalah
kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Adab
menerima tamu dan bertamu
Menghormati tamu dalam bentuk bersikap
ramah, bersegera menyajikan jamuan.
“Jamuan bagi tamu selama tiga hari,
sedangkan jamuan yang lebih baik dari makanan yang dimakan anggota keluarga
adalah sehari semalam, lebih dari itu maka dianggap shadaqah.” (HR.Muslim)
Sedangkan sebagai tamu, hendaknya tidak
memberatkan dan tidak mengganggu orang yang dikunjungi, termasuk menginap lebih
dari tiga hari.
“Seorang muslim tidak diperbolehkan
menginap di rumah saudaranya, hingga membuatnya berdosa.” Para sahabat
bertanya, “Bagaimana bisa membuatnya berdosa, ya Rasullullah?” Beliau menjawab,
“Menginap di rumahnya dan ia tidak memiliki sesuatu untuk menjamu.” (HR. Muslim)
(Disarikan dari Al-Wafi Fi syarhil Arba’in An-Nawawiyah)
#SPUberbagi
0 comments:
Post a Comment